Gempa Donggala
Tsunami Palu, Terungkap Dalam Sejarah Palu Pernah Dihantam Tsunami 15 Meter
Donggala dan Kota Palu dua wilayah di Sulawesi Tengah yang mengalami kerusakan parah menyusul gempa dahsyat 7,4 SR dan Tsunami
Tsunami juga menimbulkan kerusakan dipelabuhan.
Tangga dermaga Pelabuhan Talise hanyut akibat terjangan tsunam ini,sementara itu berdasarkan laporan dasar laut setempat mengalami penurunan sedalam12 meter.
Gempabumi dan Tsunami Parigi 20 Mei 1938 terjadi sangat dahsyat, hingga dirasakan hampir diseluruh bagian Pulau Sulawesi dan Bagian timur pulau Kalimatan.
Daerah yang menderita kerusakan paling parah adalah kawasan Teluk Parigi.
Di tempat ini dilaporkan 942 unit rumah roboh. Kerusakan yang ditimbulkan ini meliputi lebih dari 50 % rumah yang ada wilayah tersebut, sedangkan 184 rumah lainnya rusak ringan.
Di Teluk Parigi dilaporkan 16 orang tewas tenggelam, dan di Ampibabo satu orang tewas tersapu gelombang tsunami.
Dermaga Pelabuhan Parigi hanyut, dan menara suar penjaga pantai mengalami rusak berat. Binatang ternak dan pohon kelapa juga banyak yang hanyut tersapu gelombang tsunami.
Beberapa ruas jalan di daerah Marantale mengalami retak-retak dengan lebar 50 cm disertai keluar lumpur, bahkan sebuah rumah bergeser hingga 25 meter, namun daerah Palu mengalami kerusakan ringan.
Di daerah Poso dan Tinombo dirasakan getaran sangat kuat, tetapi tidak menimbulkan kerusakan.
Gempabumi dan Tsunami Tambu 14 Agustus 1968 merupakan gempabumi kuat yang bersumber di lepas pantai barat laut Sulawesi.
Akibat gempabumi tersebut, di Teluk Tambu, antara Tambu dan Sabang, terjadi fenomena air surut hingga kira-kira 3 meter dan selanjutnya terjadi hempasan gelombang tsunami.
Pada beberapa tebing terjadi longsoran dan terjadi retakan tanah yang disertai munculnya pancaran air panas.
Di Daerah Sabang dilaporkan bahwa tsunami dating dengan suara gemuruh. Tsunami tersebut juga menyerang di sepanjang pantai Palu.
Menurut laporan, ketinggian gelombang tsunami mencapai 10 meter dan limpasan tsunami ke daratan mencapai 500 meter dari garis pantai.
Daerah yang mengalami kerusakan paling parah adalah kawasan Mapaga. Ditempat ini ditemukan160 orang meninggal dan 40 orang dinyatakan hilang, serta 58 orang luka parah.
Terakhir, Gempabumi dan Tsunami Toli-Toli dan Palu 1996 (M6.3), menyebabkan 9 orang tewas,serta kerusakan parah di Desa Bangkir, Toli-Toli, Tonggolobibi, dan Palu.
Gempabumi ini juga memicu tsunami denganketinggian 2 meter dengan limpasan air laut ke daratan sejauh 400 meter (Suparto et al. 2006).
Tingginya aktivitas gempabumi di Daerah Palu berlangsung hingga sekarang.
Dalam beberapa tahun terakhir, gempabumi kuat masih terjadi dan mengguncang kawasan ini, seperti Gempabumi Palu-Palu yang terjadi padatanggal 24 Januari 2005 yang menyebabkan satu orang meninggal dan 4 orang luka-luka.
Bagi masyarakat Palu dan sekitarnya, kondisi alam yang kurang bersahabat ini adalah sesuatuyang harus diterima sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, semua itu adalah risiko yang harus dihadapi sebagai penduduk yang tinggal di kawasan seismik aktif.
Bagi kalangan ahli kebumian dan instansi terkait dalam penanganan bencana, labilnya Daerah Palu secara tektonik merupakan tantangan berpikir untuk menyusun strategi mitigasi yang tepat untuk memperkecil risiko jika sewaktu-waktu terjadi bencana bencana gempabumi dan tsunami di Daerah Palu dan sekitarnya seperti yang terjadi pada masa lalu.***
DaftarPustaka
Steve, J.M. and Moyra E.J.W., 1998,Biogeographic Implication of the Tertiary paleogeaographic evolution of Sulawesi and Borneo, SE Asia Research Group, University of Technology, Perth,Australia.
Suparto, Eka T.P.dan Surono, 2006, Katalog gempabumi merusak di Indonesia tahun 1629-2006 edisi ketiga.
Hamilton, W., 1979,Tectonic of Indonesia Region, Geological Survey Professional Paper, UnitedStates Government Printing Office, Washington.