Warga Lampung Utara Diduga Jadi Korban Lion Air yang Jatuh, Istri Langsung Terbang ke Jakarta
Warga Lampung Utara Jadi Korban Lion Air yang Jatuh, Istri Langsung Terbang ke Jakarta
Laporan Reporter Tribun Lampung Anung Bayuardi
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KOTABUMI - Seorang warga Kotabumi, Lampung Utara diduga menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perbatasan perairan Karawang dan Bekasi, Jawa Barat, Senin, 29 Oktober 2018.
Athiat (52), warga Gang Kutilang, Kelurahan Tanjung Aman, Kotabumi Selatan, mengatakan, ada nama saudaranya yang tercantum dalam daftar nama penumpang Lion Air JT 610.
"Istrinya tadi jam 11-an sudah pergi ke bandara (Radin Inten II) untuk ke Jakarta guna memastikan apakah benar suaminya yang bernama Hendratanjaya alias Ajung salah satu korban pesawat Lion Air," kata Athiat saat ditemui di rumahnya, Senin siang.
Athiat mengaku mendapatkan kabar jatuhnya pesawat sekitar pukul 09.30 WIB.
Baca: Alfiani, Pramugari Pesawat Lion Air yang Jatuh, Unggahan Terakhirnya Penuh Misteri
Kabar itu diperoleh setelah ia tiba di Bandara Radin Inten II, Natar, Lampung Selatan.
Kemudian ia berusaha menghubungi kerabatnya yang ada di Jakarta.
Saat itulah diketahui salah satu kerabatnya bernama Hendratanjaya pergi ke Pangkal Pinang dengan menumpang pesawat Lion Air.
"Saya dengar saudara saya Hendratanjaya mau berangkat ke Pangkal Pinang pagi tadi," ujarnya.
Namun, Athiat belum bisa memastikan kabar tersebut.
Sebab, ia belum mendapatkan informasi lebih lanjut dari istri Hendratanjaya.
Athiat menuturkan, Hendratanjaya merupakan sosok yang ramah.
Ia bergaul dengan siapa saja.
Ia juga tidak sungkan untuk menolong tetangga sekitarnya.
Sehari-hari, Hendratanjaya bekerja di toko emas di Pasar Kotabumi.
Baca: Istri Sedang Hamil, Suami dan Anaknya Jadi Korban Lion Air Usai Nonton Bola di Jakarta
Sementara, Nasarul Mukminin, ketua RT 2 Lk 9 Kelurahan Tanjung Aman, Kotabumi Selatan, membenarkan adanya warga bernama Hendratanjaya di wilayahnya.
Namun, terkait apakah ia menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air, ia belum bisa memastikan.
Meski begitu, ia juga mengetahui bahwa istri Hendratanjaya berangkat ke Jakarta tadi pagi. "Tadi pas berangkat istrinya nangis," ujarnya.
Dari pantauan Tribunlampung.co.id, rumah Hendratanjaya dalam keadaan sepi.
Hanya terlihat sepeda motor yang terparkir di depan rumahnya.
Hingga saat ini, belum ada keterangan apa pun dari istri maupun anaknya.
Dengar Ledakan
Nelayan Muara Bungin mendengar ledakan saat pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perbatasan perairan Karawang dan Bekasi, Jawa Barat, Senin, 29 Oktober 2018.
"Saya mendapat kabar nelayan di Muara Bungin mendengar ledakan di air sekitar pukul 06.30 WIB," ujar Camat Pakisjaya Irlandia Suarlan di Pantai Tanjung Pakis, Desa Tanjung Pakis, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Senin.
Ledakan tersebut, lanjut dia, terdengar di perairan perbatasan Karawang dan Bekasi.
Saat ini, beberapa nelayan dan pihak desa turut melakukan penyisiran di sepanjang Pantai Tanjung Pakis hingga Muara Bungin.
Baca: 7 Kantong Jenazah Korban Lion Air Jatuh di Karawang Telah Tiba di RS Kramat Jati. Lihat Videonya!
"Ada dua kapal nelayan yang berangkat," katanya.
Nelayan Karawang diperbantukan menyisir perairan di sekitar lokasi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang, Senin (29/10/2018).
Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana meminta sendiri nelayan di Tanjungpakis untuk membantu menyisir perairan di lokasi perkiraan jatuhnya pesawat Lion Air.
"Mereka membantu tim SAR melakukan penyisiran," ujar Cellica.
Pencarian itu, lanjut dia, dilakukan hingga ke Muara Bungin di Cabangbungin, Kabupaten Bekasi.
"Kepala desa dan beberapa warga sedang memonitor hingga ke sana," katanya.
Selain itu, Pemkab Karawang juga menyiagakan sekitar 20 ambulans di sejumlah titik.
Di Pantai Tanjungpakis, delapan ambulan berderet dalam keadaan siaga.
Sejumlah truk polisi dan TNI juga standby di lokasi.
"Saya sebar ambulan di beberapa titik karena dikhawatirkan korban terpencar," ungkap Cellica.
Baca: Cuaca Tak Buruk, Pesawat Masih Baru. Inikah Indikasi yang Bikin Lion Air JT 610 Jatuh?
Pesawat Baru
Pesawat Lion Air nomor penerbangan JT 610 terakhir terbang dari Denpasar, Bali menuju Cengkareng, Jakarta, Minggu, 28 Oktober 2018.
Menurut CEO Lion Air Edward Sirait, kondisi pesawat Lion Air PK-LQP jenis Boeing 737 MAX 8 itu dinyatakan layak terbang.
"Memang ada laporan mengenai masalah teknis. Dan masalah teknis ini sudah dikerjakan dengan prosedur dan maintenance yang dikeluarkan pabrikan pesawat," jelas Edward Sirait dalam konferensi pers, seperti dikutip Tribunnews.com dari Kompas TV dalam program Breaking News, Senin.
Ia juga menegaskan bahwa hingga posisi Minggu, sebelum berangkat, pesawat dinyatakan layak terbang oleh engineer yang memiliki wewenang untuk merilis pesawat.
"Saya yakinkan bahwa pesawat ini dirilis terbang oleh engineer kami," tegasnya.
Sebelum ini, ia juga menjelaskan pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 merupakan pesawat baru dan generasi terbaru dari Boeing 737-Max generasi kedelapan (Max 8).
Edward menjelaskan, pesawat Boeing 737-Max 8 ini baru saja dibeli Lion Air.
"Baru kami terima 13 Agustus 2018. Sampai di Jakarta 13 Agustus 2018, dan kami terbangkan untuk komersial 15 Agustus 2018. Pesawat ini, pesawat baru, generasi terbaru Boeing 737-Max 8," ujar Edward.
Hal senada dikatakan Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro.
Dia menjelaskan, pesawat tersebut laik beroperasi.
Baca: Pesawat Lion Air Jatuh di Karawang, Ini Tips yang Bisa Bantu Menyelamatkan Diri Saat Kecelakaan
Bahkan, pesawat jenis Boeing 737 Max 8 tersebut baru dua bulan dioperasikan, tepatnya sejak 15 Agustus 2018 lalu.
"Pesawat dengan regitrasi PK-LQP jenis Boieng 737 Max 8. Pesawat ini buatan 2018 dan baru dioperasikan oleh Lion Air sejak 15 Agustus 2018. Pesawat dinyatakan laik operasi," papar Danang melalui keterangan resminya, Senin.
Pesawat ini dikomandoi Kapten Bhavye Suneja dengan kopilot Harvino bersama enam awak kabin.
Menurut Edward Sirait, Bhavye Suneja mengantongi pengalaman 6.000 jam terbang.
"Kapten penerbang ini sudah mempunyai 6.000 jam terbang dan sudah sering membawa pesawat dari Indonesia, dari Manado menuju Cina juga sudah," jelas Edward.
Sedangkan Harvino, menurut Edward, tercatat sebagai kopilot senior.
"Jam terbangnya sudah lebih dari 5.100," jelasnya.
Pesawat tersebut membawa 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak dan 2 bayi dengan 2 pilot dan 5 pramugari.
Dari 178 penumpang, 10 orang di antaranya karyawan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), 20 pegawai Kementerian Keuangan (meliputi 3 pegawai KPKNL Ditjen KN, 5 pegawai KPPN dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan, dan 12 pegawai KPP Ditjen Pajak di Bangka dan Belitung). (*)