Tribun Lampung Utara

Rober Susanto & Shella, Korban Lion Air JT610 yang Jatuh Asal Lampung Sudah Teridentifikasi Sore Ini

Jasad Rober Susanto dan Shella (awalnya disebut Sherly), korban pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perairan Karawang asal Kotabumi sudah teridentifikasi

Penulis: anung bayuardi | Editor: Teguh Prasetyo
Kantong jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 tiba di RS Polri pada Minggu (4/11/2018) malam.(KOMPAS.com/ RINDI NURIS VELAROSDELA) 
Laporan Reporter Tribun Lampung Anung Bayuardi
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KOTABUMI - Jasad Rober Susanto dan Shella (awalnya disebut Sherly), korban pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat asal Kotabumi, Lampung Utara, telah teridentifikasi.
Hal ini dibenarkan oleh Paulina, adik dari Rober Susanto.
"Benar, kami baru dapat kabar sore ini jam 18.00 WIB, dari anak tertuanya, Weni yang ada di Jakarta," katanya saat dihubungi via telepon, Rabu (14/11/2018).
Menurutnya, mengenai kremasi, ia masih menunggu kabar dari keluarga kakaknya.
Namun ketika disinggung mengenai tempat pelaksanaan kremasi, ia menyebut jenazah keduanya akan dikremasi di Jakarta.
Karena saat ini, keluarga besarnya sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk sembahyang serta prosesi kremasi.
"Waktu pemakaman Rober dan Shella, masih menunggu kabar dari Weni," ujarnya. 
Paulina juga menuturkan, ia bersyukur karena jasad keluarganya sudah diketemukan semuanya.
Ia juga menyebutkan, selain jenazah keduanya, jasad Wendy, anak Robert Susanto juga telah ditemukan.
"Kalau jasad Wendy sudah ditemukan sekitar lima hari lalu," ujar dia.
Diketahui Tim Disaster Victim Identification (DVI) Rumah Sakit Polri Kramatjati kembali mengidentifikasi empat korban pesawat Lion Air JT 610 dengan nomor registrasi PK LQP, Rabu (14/11/2018), pukul 16.00 WIB.
Jenazah pertama yang teridentifikasi adalah Robert Susanto berusia 56 tahun.
Jenazah teridentifikasi dengan nomor postmortem 0034F dari kantong jenazah nomor DVI 00/Lion Tanjung Priok/0034 dan nomor antemortem 049.
Robert teridentifikasi melalui pemeriksaan DNA.

Sebelumnya Badan SAR Nasional menyudahi operasi pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP penerbangan JT 610, Sabtu (10/11/2018) siang.

Keputusan itu diambil karena bagian tubuh korban yang ditemukan semakin sedikit.

Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang yang jatuh di Tanjung Karawang, Senin (29/10/2018) pagi, mengangkut 189 penumpang dan awak pesawat.

Sedangkan korban asal Lampung baru dua jenazah yang berhasil dikenali, dari 6 penumpang yang tercatat di manifes.

Dua korban tersebut yakni, Wahyu Aldila asal Pringsewu, dan Wendy warga Bandar Lampung.

Adapun empat korban asal Lampung yang belum teridentifikasi adalah Hendra Tanjaya alias Ajung (warga Lampura), Rober Susanto (warga Lampura/ayah Wendy), Shella (warga Bandar Lampung/calon istri Wendy), dan Xherdan Fachridzi (4 tahun/anak Wahyu Alldila).

Wahyu dan Xherdan menumpangi pesawat Lion Air PK-LQP usai menonton pertandingan sepakbola antara Timnas U-19 Indonesi versus Jepang di Stadion Gelora Bung Karno.

Jenazah Xherdian sudah dikenali pada Selasa (6/11/2018) melalui sidik jari, dan dikebumikan di Pringsewu pada Rabu (7/11/2018) pagi.

Yuni Hesti (52), ibunda dari Wahyu, tetap yakin cucu kesayangannya, Xherdan Fachridzi, akan ditemukan dan jasadnya bisa dikenali.

Baca: 4 Warga Lampung Korban Lion Air Belum Teridentifikasi, Keluarga Yakin Bocah Xherdian Dikenali

Menurut dia, petugas Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta, cuma butuh waktu untuk melakukan identifikasi para korban.

Tak cuma bocah Xherdian, Yuni meyakini semua korban pesawat Lion Air JT 610 yang berjumlah 189 orang, akan teridentifikasi.

Keyakinan ini mencuat seiring operasi pencarian korban yang berhasil mengumpulkan 196 kantong jenazah.

"Saya yakin semua jenazah itu sudah dapat. Tapi kan untuk identifikasi jenazah gak mudah. Kami tetap sabar menunggu informasi dari Rumah Sakit Polri," kata Yuni lewat sambungan seluler kepada Tribun Lampung, Sabtu sore.

Kendati demikian, Yuni tak mau sekadar menunggu informasi tentang Xherdian, di Pringsewu.

Setelah mendapat informasi penghentian operasi pencarian para korban, Yuni memutuskan bertolak ke Jakarta pada Sabtu malam.

Namun ia memilih naik jalur darat meskipun ada tawaran penerbangan gratis dari pihak maskapai Lion Air.

Baca: Masih Misterius, Jenazah Hendra Tanjaya Korban Lion Air asal Kotabumi Belum Ditemukan

Tawaran itu, kata Yuni, diberikan pihak Lion Air saat prosesi pemulangan dan pemakaman jenazah Wahyu Aldila.

"Sebenarnya masih ada jatah untuk keluarga korban, dikasih untuk naik pesawat (gratis ke Jakarta). Tapi, saya mau naik Damri aja, karena sampai sekarang (Sabtu sore) masih sibuk temui orang-orang yang datang ke rumah untuk belasungkawa," ujarnya.

Jika nantinya jenazah Xherdian berhasil teridentifikasi, Yuni menyebutkan cucunya tersebut akan dimakamkan di Pangkalpinang, Bangka Belitung.

Sebanyak 20 kantong jenazah berisi bagian tubuh tiba di Dermaga JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (6/11/2018) sore. KOMPAS.com/ARDITO RAMADHAN
Sebanyak 20 kantong jenazah berisi bagian tubuh tiba di Dermaga JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (6/11/2018) sore. KOMPAS.com/ARDITO RAMADHAN (Kompas.com/Ardito Ramadhan)

Yuni juga memastikan akan ikut dalam prosesi pelepasan sang cucu ke peristirahatan terakhirnya.

"Mohon doanya semoga ada kepastian secepatnya tentang cucu saya," ujarnya.

Baca: 4 Warga Lampung Korban Lion Air JT 610  Belum Teridentifikasi

Hentikan Pencarian

Sementara itu, Basarnas resmi menghentikan operasi pencarian korban Lion Air JT 610.

Kepala Basarnas, Marsekal Madya M Syaugi, mengatakan, operasi pencarian pada Jumat (9/11/2018) lalu, hanya menghasilkan temuan satu kantong jenazah.

Dan pencarian sejak Sabtu pagi hingga siang tidak membuahkan hasil.

"Kami dari tim SAR Basarnas mengambil keputusan bahwa operasi SAR ini secara terpusat disudahi atau ditutup hari ini," kata Syaugi di Dermaga JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu siang.

Walaupun operasi SAR terpusat dihentikan, Syaugi menyebut tim dari Kantor SAR Jakarta dan Bandung tetap bersiaga bila ada informasi temuan bagian tubuh korban.

Ia juga menyampaikan, Basarnas tetap mendukung upaya Komite Nasional Keselamatan Transportasi dalam mencari kotak hitam berisi cockpit voice recorder dengan mengerahkan sepuluh penyelam.

Proses pencarian oleh Basarnas selama 13 hari membuahkan temuan 196 kantong jenazah berisi bagian tubuh korban yang semuanya telah diserahkan kepada pihak RS Polri untuk diidentifikasi.

Pemakaman jenazah Inayah Dewi (37) korban pesawat Lion Air JT 610 Jatuh asal Banjarnegara di Kutabanjarnegara, Kecamatan/Kota Banjarnegara, Jumat (9/11/2018).
Pemakaman jenazah Inayah Dewi (37) korban pesawat Lion Air JT 610 Jatuh asal Banjarnegara di Kutabanjarnegara, Kecamatan/Kota Banjarnegara, Jumat (9/11/2018). (Istimewa)

Baca: 79 Penumpang yang Berhasil Teridentifikasi Selama 13 Hari Evakuasi Korban Lion Air JT 610

2 Korban Dikenali

Terpisah, RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, kembali berhasil mengidentifikasi dua korban jatuhnya pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610.

Kepala Disaster Victim Identification (DVI), Kombes Pol Lisda Cancer mengatakan, identitas dua korban ini diketahui dari hasil sidang rekonsiliasi pada Sabtu.

"Hasil sidang rekonsiliasi pada hari Sabtu pukul 11.00, ada dua penumpang yang dinyatakan teridentifikasi," ujar Lisda melalui keterangan tertulis.

Identitas dua penumpang itu yakni Rivandi Pranata (28) dan Joyo Nuroso (50). Keduanya teridentifikasi melalui DNA.

"Hingga saat ini, penumpang yang telah teridentifikasi sebanyak 79 penumpang dengan rincian 59 laki-laki dan 20 perempuan," kata Lisda.

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved