Tsunami Pesisir Lampung
Diterjang Tsunami, Kawasan PPI Bom Kalianda Lampung Selatan Porak Poranda
Diterjang Tsunami, Kawasan PPI Bom Kalianda Lampung Selatan Porak Poranda
Penulis: Dedi Sutomo | Editor: taryono
Laporan Wartawan Tribun Lampung Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA - Kawasan PPI Bom Kalianda porak poranda pasca tsunami menghantam daerah tersebut pada sabtu (22/12) malam.
Kondisi PPI Kalianda pun telihat dipenuhi sampah yang terbawa gelombang.
Beberapa kapal nelayan pun terlihat karam tersapu gelombang. Beberapa di antaranya tersangkut di water break dermaga PPI Bom Kalianda.
• Komedian Ade Dora Selamat dari Tsunami, Lihat Ibu Hamil dan Anak Kecil Jadi Korban
Beberapa warung warga pun porak poranda.
Menurut Hasan, salah seorang nelayan, saat kejadian dirinya sedang berada di kapal. Ia tidak melaut karena sedang purnama.
"Tiba-tiba saya mendengar suara gemuruh. Keluar dari kapal saya melihat gelombang tinggi sekitar 3 meter. Saya langsung melarikan diri," kata dia kepada Tribun, Minggu (23/12).
Tidak hanya PPI BOM Kalianda. Gelombang tinggi juga menghamtam sejumlah daerah pesisir di Lampung Selatan.
• Update - Dampak Tsunami Selat Sunda: 43 Meninggal Dunia, 584 Orang Luka, dan 2 Orang Hilang
Dari data BPBD Lampung Selatan sampai pagi tadi di laporkan ada 7 korban meninggal dunia dan 100 lebih warga mengalami luka-luka.(dedi/tribunlampung)
Penyebab Tsunami
Penyebab tsunami di wilayah perairan Selat Sunda bukan dipicu oleh gempa melainkan cuaca buruk dan erupsi Gunung Anak Krakatau.
Demikian dikatakan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati.
"Gelombang tinggi terjadi karena cuaca," ujar Dwikorita dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Sabtu (23/12/2018).
BMKG sebenarnya telah mendeteksi dan memberikan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku dari tanggal 22 Desember pukul 07.00 WIB hingga tanggal 25 Desember 2018 pukul 07.00 WIB di wilayah perairan Selat Sunda.
• Ifan Seventeen Menangis Ungkap Istrinya Belum Ditemukan Pasca Tsunami Terjang Banten
Selain karena cuaca, tsunami juga terjadi karena erupsi Gunung Anak Krakatau namun karena seismometer rusak maka tidak diduga akan terjadi tsunami.
"BMKG berkoordinasi dengan Badan Geologi melaporkan bahwa pada 21.03 WIB Gunung Krakatau erupsi kembali sehingga peralatan seismometer setempat rusak, tetapi seismic Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus," jelas dia.