Tsunami Pesisir Lampung
BREAKING NEWS - Pengungsi di Balai Keratun Mulai Terserang Gatal-Gatal dan Tekanan Darah Naik
BREAKING NEWS - Pengungsi di Balai Keratun Mulai Terserang Gatal-Gatal dan Tekanan Darah Naik
Penulis: Romi Rinando | Editor: Safruddin
"Keadaan seperti ini, dengan iklim seperti ini tinggal dipengungsian. Banyak yang rentang, terutama anak-anak. Umumnya terkena gelaja batu pilek dan ispa," kata Menteri dia saat melakukan peninjauan ke posko terpadu di Desa Way Muli Timur Kecamatan Rajabasa.
• 5 Tsunami Paling Mematikan di Dunia, Di Indonesia 2 Kejadian
Menkes bersama Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita , Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani mengunjungi korban tsunami di Lamsel, Selasa (25/12).
Nila mengatakan dari laporan yang didapatkannya stok obat-obatan untuk penanganan para korban luka-luka dan warga yang mengalami gangguan kesehatan cukup.
"Untuk stok obat-obatan cukup. Jika memang disini kurang, kita punya buffer stok di kementerian. Tidak perlu khawatir tidak perlu khawatir," terang dirinya.
Nila juga meminta untuk dinas kesehatan untuk memperhatikan sistem sanitasi bagi para warga yang mengungsi. Karena ini juga dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan.
Ia juga menyarankan untuk warga mulai membuka dapur umum secara bekelompok.
Kegiatan seperti ini bisa menjadi ajang hiburan untuk menghilangkan trouma akan perisitwa terjangan gelombang tsunami beberapa waktu lalu.
"Saya sarankan untuk mulai membuka dapur umum secara berkelompok. Ini bisa menjadi kegiatan bersama. Dimana warga bisa saling berbincang-bincang," ujar Nila Moeloek.
• Dikenal Pekerja Keras, Ini Sosok Dylan Sahara Istri Ifan Seventeen yang Jadi Korban Tsunami Banten
Ngungsi di Kaki Gunung
Warga di pesisir Kecamatan Rajabasa, khususnya di Desa Way Muli Timur, Way Muli Induk dan Kunjir memilih untuk tetap tinggal ditenda-tenda pengungsian yang mereka bangun di atas kaki gunung Rajabasa.
Warga masih khawatir, terjangan gelombang tsunami sewaktu-waktu kembali akan terjadi.
Apalagi aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) yang ditenggarai menjadi penyebab terjadinya gelombang tsunami juga masih cukup tinggi.
"Kalau siang, kita turun mengambil bahan makanan dan kebutuhan lainnya. Tapi kalau malam kita kembali ke tenda pengungsian," kata Marsiti.
Dirinya mengatakan meski harus merasakan dinginnya angin malam serta gigitan nyamuk.
Ia dan keluarganya belum berani turun ke rumah mereka.