Tsunami Pesisir Lampung
Cibir Donasi Korban Tsunami di Lamsel, Polda Selidiki Kasus hingga Orangtua Janji Serahkan Anaknya
Pepatah 'mulutmu adalah harimaumu' sepertinya bukan hanya sekadar pepatah saja.
Penulis: Teguh Prasetyo | Editor: Teguh Prasetyo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pepatah 'mulutmu adalah harimaumu' sepertinya bukan hanya sekadar pepatah saja.
Sebab, ternyata banyak orang yang mengalami kesulitan dan masalah yang vatal akibat tak bisa mengontrol mulutnya saat berbicara.
Seperti kasus yang kini menghebohkan masyarakat Lampung akibat ulah seorang mahasiswa yang melontarkan kalimat tak pantas bagi korban tsunami di Kalianda, Lampung Selatan.
• Polda Lampung Masih Dalami Kasus Mahasiswa Cibir Donasi Korban Tsunami
Video mahasiswa yang keluarkan kalimat tak pantas tentang bencana Tsunami di Lampung Selatan itu jadi perbincangan hangat di berbagai media sosial.
Berbagai akun di Instagram pun memposting video yang berasal dari cuplikan Instalive tersebut.
Bahkan akun @Lambe-Turah pun turut memviralkan video tersebut.
Tak hanya di Instagram, video tersebut juga ramai diperbincangkan di grup WhatsApp.
Adapun videonya adalah tentang dua remaja pria dan wanita yang sedang mengendarai mobil dan membuat video live di Instagram.
Keduanya live atas nama Instagram yang kini sudah tidak aktif lagi akunnya.
Saat itu seorang wanita muda berambut ikal yang mengenakan kaus oblong hitam garis-garis putih sedang siaran langsung bersama pasangannya.
Pada saat live tersebut, si pria mengeluarkan kalimat tidak pantas tentang bencana Tsunami yang sedang melanda Lampung Selatan.
Sang pria mengatakan menolak untuk melakukan donasi ke warga Kalianda yang terkena bencana alam tsunami.
Selain itu ada kalimat yang tak sopan dan tak pantas lainnya yang diucapkannya.
• Mahasiswa Posting Ujaran Kebencian Korban Tsunami Menghilang, Orangtua Janji Serahkan ke Polisi
Setelah video tersebut viral, kemudian si pria pun membuat video permintaan maaf.
Video tersebut ia unggah diakun Instaragm dan juga direpost oleh banyak akun.
Namun sayangnya, kalimat yang dilontarkan pria tersebut sudah melukai hati banyak orang.
Sehingga pada Kamis siang, banyak orang yang mendatangi kediaman pria itu yang berada di daerah Kemiling, Bandar Lampung.
Bahkan beberapa polisi tampak berjaga di sekitar rumah orangtua pria tersebut.
Polda Lampung pun langsung mendalami kasus dugaan ujaran kebencian terhadap aksi penggalangan donasi korban tsunami di pesisir Lampung Selatan.
Aksi tak terpuji itu dilakukan KYT, mahasiswa sebuah perguruan tinggi ternama di Bandar Lampung.
Pjs Kasubdit II Tindak Pidana Perbankan dan Cyber Crime Ditkrimsus Polda Lampung Kompol I Ketut Suryana mengatakan, sejauh ini polisi masih berusaha mencari keberadaan KYT.
Menurut Ketut, pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait ancaman pasal yang akan dikenakan terhadap KYT.
“Kita akan lihat dulu. Bisa penghasutan, provokasi. Jadi sementara lidik dulu. Tunggu saja perkembangan,” kata Ketut, Kamis, 27 Desember 2018.
• Heboh, Video Dua Remaja Keluarkan Kalimat Tak Pantas Tentang Bencana Tsunami di Lamsel
KYT diduga melakukan penghasutan dan ujaran kebencian terhadap aksi penggalangan dana bagi korban tsunami Lampung Selatan.
Ia melakukannya melalui video live streaming di akun Instagram pribadinya.
Kapolsek Tanjungkarang Barat Kompol Harvan Rambang mengatakan, polisi sudah berkoordinasi dengan orangtua pelaku.
Mereka berjanji menyerahkan anaknya ke polisi jika sudah ditemukan.
“Sampai saat ini kami masih mencari keberadaan pelaku, dan kami sudah koordinasi dengan orangtuanya. Orangtuanya sudah berjanji akan menyerahkan anaknya,” kata Harvan kepada Tribunlampung.co.id, Kamis, 27 Desember 2018.
Harvan menjelaskan, saat ini keberadaan KYT belum diketahui.
Pasalnya, nomor ponsel pelaku sudah diblokir.
“Keberadaan pelaku belum diketahui karena (nomor) handphone-nya sudah diblokir,” jelas Harvan.
Harvan menambahkan, kondisi rumah pelaku yang berada di kompleks Perumahan Wisma Mas, Sumber Rejo, Kemiling, Bandar Lampung, sudah kondusif.
Pjs Kasubdit II Tindak Pidana Perbankan dan Cyber Crime Ditkrimsus Polda Lampung Kompol I Ketut Suryana mengatakan, sejauh ini polisi masih berusaha mencari keberadaan KYT.
Menurut Ketut, pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait ancaman pasal yang akan dikenakan terhadap KYT.
“Kita akan lihat dulu. Bisa penghasutan, provokasi. Jadi sementara lidik dulu. Tunggu saja perkembangan,” kata Ketut, Kamis, 27 Desember 2018.
• Turis Lokal ke Lokasi Tsunami Selat Sunda buat Selfie demi Dapat Like di Medsos, Disorot Media Asing
Turis Selfie di Lokasi Tsunami

Bencana tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) menimbulkan ratusan korban jiwa serta ribuan korban luka dan pengungsi.
Ironisnya, wilayah yang menjadi lokasi bencana tersebut justru dijadikan sejumlah oknum sebagai latar belakang untuk berswafoto atau selfie, pascabencana terjadi.
Kondisi tersebut pun menjadi sorotan media asing.
Terjangan tsunami Selat Sunda menjadi sorotan dunia karena dianggap bencana yang cukup langka.
Tsunami yang menerjang pesisir wilayah Banten dan Lampung bukan disebabkan gempa.
Bencana itu dipicu aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, jumlah korban jiwa akibat tsunami tersebut mencapai 430 orang.
Selain korban tewas, berdasarkan catatan BNPB, sekitar 21.991 orang mengungsi akibat tsunami.
Kejadian memilukan tersebut turut disoroti berbagai media luar negeri.
Pasalnya, tsunami yang melanda pada Sabtu (22/12/2018) adalah tsunami kedua yang melanda Indonesia dalam enam bulan.
Namun ternyata, media asing tak hanya menyoroti kondisi terkini terkait bencana tsunami yang terjadi di Selat Sunda.
• Ternyata dari 6 Tsunami Terdahsyat di Dunia, 2 Musibah Tsunaminya Terjadi di Indonesia!
Salah satu media asing, The Guardian, menyoroti aktivitas warga, yang justru menjadikan kondisi pascatsunami untuk berswafoto atau selfie.
Warga yang berselfie di sekitar lokasi bencana tersebut, tertangkap kamera Jamie Fullerton, jurnalis The Guardian.
Jamie mengaku terkejut melihat hal tersebut, saat meliput bencana tsunami di kawasan Banten.
Keterkejutannya tak lain karena banyak orang yang selfie di daerah bencana tersebut.
Hal yang lebih mengejutkan bagi Jamie, yakni ketika tahu alasan mereka ber-selfie di lokasi bencana.
Kepada Jamie, mereka mengaku ber-selfie untuk eksistensi serta mendapatkan banyak like di media-media sosial.
Jamie pun menulis berita terkait hal tersebut, dan kemudian hal yang diberitakannya menjadi sorotan.
Pemberitaan tersebut menjadi sorotan karena warga yang berselfie dinilai kurang berempati terhadap korban bencana.
Dan, hal sebut dianggap tak seharusnya dilakukan dalam kondisi tersebut.
(*)