Semburan Debu Vulkanik Meningkat, BMKG Imbau Maskapai Tidak Lalui Jalur Penerbangan Arah GAK
Meningkatnya semburan debu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau (GAK) ternyata mengganggu jalur penerbangan.
Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Reny Fitriani
"Yang pertama hari Senin tanggal 24 itu kena abu vulkanik, ada kaca yang tertempel abu vulkanik kaya gelas pecah, kaya pecahan gelas. Itu bisa membahayakan mesin pesawat sehingga harus balik dan saat itu awan tebal," kata Dwikorita.
• VIDEO - 7 Fakta Gunung Anak Krakatau Sejak Kemunculannya
Meski ada hujan abu vulkanik operasional bandara dan penerbangan sejumlah maskapai di Bandara Soekarno-Hatta, Banten masih berjalan normal hingga Rabu (26/12) malam.
"Ya (normal). Hingga saat ini belum ada operasional penerbangan yang dilaporkan petugas Airnav kepada kami akan adanya gangguan," kata Humas PT Angkasa Pura II cabang Bandara Soetta, Denny Irawan saat dikonfirmasi Tribun.
Denny melanjutkan, pihaknya belum menerima laporan dari Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia) terkait adanya gangguan penerbangan di wilayah tersebut.
"Hingga saat ini belum ada laporan gangguan pada traffic flight. Kami terus pantau dan update informasi lainnya," pungkasnya.
Level Siaga
Badan Geologi, Pusat Vulcanologi, Migitasi Bencana Geologi Kementerian ESDM menaikan level status Gunung Anak Krakatau (GAK) ke level III Siaga sejak pukul 06.00 WIB, Kamis (27/12/2018).
Dengan peningkatan status Siaga Gunung Anak Krakatau berarti tidak boleh ada nelayan, pengunjung dan juga aktivitas lainnya dalam radius jarak 5-6 kilometer dari GAK.
"Benar pagi ini status GAK naik menjadi siaga. Pengunjung, nelayan dan aktivitas masyarakat lainnya tidak boleh mendekat dalam jarak 5-6 kilometer," kata Andi Suardi, Kepala Pos Pantau GAK di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.
Andi mengatakan pada pengamatan yang dilakukan Rabu (26/12) kemarin, secara visual GAK tidak bisa teramati dengan jelas karena tertutup kabut.
Tapi dari data Magma VAR, kata dia, teramati gempa tremor terus menerus dengan amplitudo 9-35 mm (dominan 25 mm).
Pada kawah gunung teramati adanya debu vulkanik dengan intensistas tebal berwarna hitam dengan ketinggian 200 - 500 meter.
Terdengar pula suara dentuman pada pos PGA. "GAK juga teramati mengeluarkan awan panas ke arah selatan yang sudah mencapai lautan," terang Andi. (val/ded)