Perempuan Indramayu Itu seperti Mangga
Mendengar reputasi mangga yang enak sampai cerita eksploitasi perempuan di sana, sudah bukan hal baru lagi bagi kami.
“Jadi gini lho. Mangga Indramayu itu kan sudah tidak perlu dipertanyakan lagi kelezatannya. Jadi banyak pedagang mangga yang suka ngaku-ngaku kalau mangganya dari Indramayu, padahal bukan. Nah, perempuannya juga gitu. Karena yang terkenal enak, bersih, dan cantik, mohon maaf, ya perempuan Indramayu, makanya banyak yang ngaku-ngaku dari Indramayu.”
Kemudian, dia menambahkan kalau sebenarnya sekarang ini sudah tidak banyak lagi perempuan apalagi anak dari Indramayu yang luruh duit.
Ini istilah yang dipakai untuk menghaluskan pekerjaan sebagai orang yang dilacurkan.
Menurut dia, rata-rata yang bekerja ke luar daerah itu bekerja di pabrik atau jadi asisten rumah tangga.
Bisa jadi informan saya benar.
Karena pendataan yang kacau, siapa pun bisa memiliki identitas lebih dari satu.
Karenanya, orang mudah saja mengaku dari Indramayu, asalkan KTP-nya berbunyi begitu.
Namun, pernyataan bahwa tidak banyak lagi anak dan perempuan yang dilacurkan itu sangat debatable.
Penelitian saya masih menemukan kasus anak yang dilacurkan, ada lebih dari dua anak di satu desa.
Maka, ini berarti masalah eksploitasi seksual anak khususnya di Indramayu masih belum selesai.
Tidak bisa berlega dan bangga hati dengan mengatakan sudah tidak banyak lagi anak yang dilacurkan.
• Perekrut Calon PSK Indramayu untuk Ekspor ke Malaysia Diringkus
Konstruksi sosial
Kembali ke mangga. Cara bapak tadi menganalogikan perempuan seperti mangga itu rasanya sangat menyedihkan.
Dan rupanya si bapak ini bukan satu-satunya orang yang berpendapat serupa.
Sejak pertama mendengar pernyataan tersebut, rasanya seperti echo, berulang-ulang saya mendengar pernyataan yang sama.