Infografis Dampak Banjir dan Longsor yang Melanda 10 Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan
Infografis Dampak Banjir dan Longsor yang Melanda 10 Kabupaten/kota di Sulawesi Selatan
"Ini pasti salah satu yang terburuk yang pernah terjadi di Sulsel," ungkapnya kepada BBC News Indonesia, Rabu (23/1).

"Skala luas area yang terdampak pada bencananya yang paling luas, karena sekarang saja sudah 10 kabupaten yang terkena bencana. Kalau dulu kayaknya nggak sampai sebanyak ini," tutur Devo melaui sambungan telepon.
Hujan lebat mulai mengguyur Sulawesi Selatan sejak Senin (21/1) lalu. Dengan intensitas yang lebat dan tanpa henti, hujan menyebabkan volume Bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa meningkat hingga ke level waspada.
"Kemarin itu ketinggiannya sampai +101,9 (meter), sudah di tingkat waspada," kata Devo.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat cuaca yang cukup ekstrem terjadi sepanjang Senin (21/01) hingga Selasa (22/01) di pesisir barat Sulawesi Selatan.
"Di Maros (curah hujannya mencapai) 133 milimeter, terus di Hasanuddin juga (mencapai) 197 milimeter, nah ini memang sangat-sangat ekstrem (kondisi) seperti itu," tutur Taufan Maulana, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG, kepada BBC.
Curah hujan yang tinggi di kawasan tersebut diakibatkan oleh adanya daerah bertekanan rendah di sekitar Laut Timor. Selain itu, kelembaban yang tinggi disertai labilnya udara membuat pertumbuhan awan hujan sangat signifikan di sana.
Melihat ancaman jebolnya Bendungan Bili-bili jika hujan terus terjadi, maka pemerintah setempat, setelah berdiskusi dengan sejumlah instansi terkait, memutuskan untuk membuka pintu bendungan.
"Tanggal 22 (Januari) sore itu diambil keputusan untuk membuka spillway dari Bendungan Bili-bili agar ketinggian air yang ada di bendungan Bili-bili ini turun ke level normal lagi," ujar Devo.

Namun ternyata pembukaan pintu bendungan berdampak pada meningkatnya volume Sungai Jeneberang yang kemudian meluap dan mengakibatkan banjir ke pemukiman di daerah aliran sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Gowa.
"Pihak balai dan pengelola dari Bendungan Bili-bili itu segera melakukan early warning system, di mana itu memberikan pengumuman kepada masyarakat untuk lebih waspada dan untuk mulai melakukan pengungsian," jelas Devo.
Ribuan warga mengungsi
Yunus, seorang pekerja media di Makassar, terjebak di rumahnya setelah hujan mengguyur selama dua hari-dua malam berturut-turut.
"Iya, terisolasi," keluh Yunus saat dihubungi BBC, Rabu (23/1). "Listrik mati, air nggak ada. Susah kan orang. Makanan susah, orang nggak bisa keluar cari makanan."
Sebenarnya rumahnya tak tergenang air. Namun, akses keluar dari rumah tempatnya tinggal terputus akibat banjir yang menggenangi wilayah di sekitar kompleks perumahannya. Akibatnya, ia tak bisa beraktivitas.

"Kebetulan tempat kompleks saya agak tinggi, terus sekelilingnya itu rendah, juga ada sungai, ada aliran rawa-rawa. Nah, itu yang meluap airnya, meluap sungainya," ujar Yunus.