Tribun Bandar Lampung
Kesan Kolonel Erwin Djatniko 10 Bulan Jabat Danrem di Lampung: Rasanya Baru Kemarin
Dilantik pertengahan Maret 2018 lalu, kepemimpinan Kolonel Kav Erwin Djatniko di Lampung hanya berusia 10 bulan.
Penulis: Daniel Tri Hardanto | Editor: Daniel Tri Hardanto
Kesan Kolonel Erwin Djatniko Selama Jadi Danrem di Lampung: Rasanya Baru Kemarin
Laporan Reporter Tribun Lampung Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Kolonel Kav Erwin Djatniko tidak lagi menjabat komandan Korem 043/Garuda Hitam Lampung.
Posisi itu kini digantikan oleh Kolonel Inf Taufiq Hanafi, yang sebelumnya menduduki jabatan Staf Ahli Pangdam XVIII/Kaswari bidang sosbud.
Sementara Kolonel Kav Erwin Djatniko akan menempati jabatan baru sebagai perwira menengah di Detasemen Mabes TNI AD dalam rangka mengikuti pendidikan Lemhanas tahun 2019.
• Di Sela Main Tenis, Danrem Kolonel Erwin Djatniko Bicara soal Kiatnya Atasi Konflik di Lampung
Sertijab Danrem 043/Garuda Hitam dari Kolonel Kav Erwin Djatniko kepada Kolonel Inf Taufiq Hanafi sudah dilaksanakan di Gedung Olahraga Jasdam II/SWJ, Jalan Letjen Harun Sohar, Kebun Bunga, Sukarami, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu, 26 Januari 2019.
Dilantik pertengahan Maret 2018 lalu, kepemimpinan Kolonel Kav Erwin Djatniko di Lampung hanya berusia 10 bulan.
Bagi Erwin, 10 bulan adalah waktu yang sangat singkat.
"Rasanya baru kemarin (mulai menjabat Danrem 043/Gatam)," ujar Erwin di sela latihan tenis bersama di lapangan tenis Korem 043/Gatam, Sabtu, 19 Januari 2019.

"Bener lho. Saya sama istri merasa kerasan di sini (Lampung)," lanjut pria yang pernah ditugaskan dalam misi Military of Server di Kongo pada 2005-2006 itu.
Erwin mengaku mendapat sambutan yang baik selama berada di Lampung.
Di mana pun berada, ia selalu disapa dengan ramah.
Tidak sedikit pula yang meminta berfoto bersama.
"Ternyata banyak yang kenal sama saya. Hehehe…," kata Erwin seraya terkekeh.
Kesan itulah, lanjut Erwin, yang tidak akan pernah dilupakannya selama bertugas di Lampung.
"Apalagi makanan di sini enak-enak semua," imbuh pria yang pernah menjadi lulusan terbaik saat menempuh pendidikan di Jerman ini.
Tak lupa, Erwin menyebutkan minuman favoritnya.
Apalagi kalau bukan kopi Lampung.
"Saya kan penggemar kopi. Kalo sehari-hari, yang saya minum kopi Jempol. Tapi, ada tempat di Panjang yang enak kopinya. Saya biasanya ke situ kalo pengen ngopi sambil nyantai," beber dia.

Bicara soal Konflik
Menurut dia, meski heterogen, masyarakat Lampung dapat hidup aman dan tenteram.
Masyarakat pribumi dan pendatang dapat hidup rukun secara berdampingan.
"Secara umum, nggak terlalu banyak masalah selama saya tugas di sini. Masyarakat asli dan pendatang bisa berdampingan dengan rukun," kata Erwin.
Kalaupun terjadi konflik di masyarakat, Erwin lebih mengutamakan pendekatan secara personal.
"Kalo terjadi konflik, ya gak perlulah kita kirim pasukan besar-besaran. Soalnya kalo begitu, mereka (warga yang berkonflik) malah merasa senang. Mereka merasa dapat perhatian yang besar," tutur pria kelahiran Cimahi, 6 Juni 1969 ini.
• Danrem Erwin Djatniko: Saya Salah Pilih Lawan
Menurut Erwin, permasalahan yang terjadi di daerah selama ini sudah bisa diatasi oleh Danramil setempat.
"Bahkan, kita selalu mengandalkan Babinsa kok. Gak perlu sampe kirim pasukan besar-besaran segala," imbuhnya.
Erwin mengakui, sengketa lahan menjadi persoalan yang paling banyak terjadi di Lampung.
Termasuk, salah satunya di kawasan pesisir Lampung Selatan yang terkena bencana tsunami pada 22 Desember 2018 lalu.
"Di Desa Way Muli dan Kunjir, warga nggak mau direlokasi. Kenapa? Karena mereka merasa memiliki sertifikat di lahan tersebut," kata mantan Dandim Lumajang pada 2012 ini.
Warga, lanjut Erwin, bersikukuh tidak mau pindah meski sadar dengan bahaya yang dihadapi.
"Karena mereka nggak mau direlokasi, kita tawarkan solusi. Mereka disarankan untuk menanam pepohonan di sekitar rumah. Fungsinya sebagai penahan jika sewaktu-waktu gelombang tinggi menerjang lagi," beber Erwin.
Korem, lanjut Erwin, juga membangun hunian sementara di desa-desa yang terdampak tsunami.
"Kita akan bangun sekitar 40 unit huntara. Saya udah bilang ke Pak Bupati (Plt Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto), kita bangun huntara bukan untuk bersaing dengan pemerintah daerah atau pihak lainnya. Kita cuma ingin pembangunan huntara bisa lebih cepat, sehingga warga terdampak tsunami bisa segera pindah," tambah Erwin. (*)