Petani Cabai Merah di Lampung Selatan Mengeluh Harga yang Turun Drastis

Para petani cabai merah di kabupaten Lampung Selatan mengeluhkan rendahnya harga komoditi cabai merah.

Penulis: Dedi Sutomo | Editor: wakos reza gautama
Net
Ilustrasi 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID,KALIANDA - Para petani cabai merah di kabupaten Lampung Selatan mengeluhkan rendahnya harga komoditi cabai merah.

Saat ini harga cabai merah di tingkat petani di Lampung Selatan hanya sekitar Rp. 7.000 per kilogramnya.

Padahal sebelumnya harga cabai merah di tingkat petani di Lampung Selatan rata-rata paling rendah Rp 13.000 per kilogramnya.

Penurunan harga cabai merah ini tidak urung membuat para petani di Lampung Selatan kelimpungan.

"Sekarang harga cabai merah murah. Hasilnya hanya bisa pulang modal saja," terang Sudar seorang petani cabai asal Kecamatan Way Sulan, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, kepada Tribun Lampung, Selasa (19/2/2019).

Kapolda Lampung Irjen Purwadi Arianto: Mau Tidak Mau Harus Masuk ke Dunia Maya

Menurut dirinya, untuk luasan lahan sekitar seperempat hektar biaya penanaman cabai bisa mencapai Rp 12 juta hingga Rp 14 juta.

Sedangkan hasil panen rata-rata bisa sekitar 2 ton.

Artinya hasil yang didapatkan petani cabai yang harus menunggu sekitar 3-4 bulan, hanya Rp. 14 juta.

Itu sama dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani.

"Dengan harga saat ini kita memang tidak dapat hasil. Karena biasanya harga jual hasil panen hanya pulang modal. Kalau pun ada sisa hanya sedikitlah," kata Darno, petani cabai di kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Padahal beberapa waktu lalu para petani cabai sempat mendapatkan harga yang cukup tinggi mencapai Rp. 25 ribu per kilogramnya.

Sehingga para petani cabai bisa menikmati hasil yang maksimal.

Para petani sendiri berharap harga cabai merah dan cabai rawit yang saat ini turun drastis ini tidak akan berlangsung lama.

Mereka berharap harga cabai bisa kembali membaik sehingga para petani bisa kembali bergairah.

"Bercocok taman cabai ini bukan tidak ada risikonya. Ketika lahan kita terendam banjir, tanaman akan rusak. Bisa juga terserang hama. Sementara biaya budidayanya tergolong cukup tinggi," ujar Sudar.

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved