Dapat Sensasi 'Menantang Maut' dan Uang, Balap Liar di PKOR Way Halim Seolah Tak Ada Matinya

Dapat Sensasi 'Menantang Maut' dan Uang, Balap Liar di PKOR Way Halim Seolah Tak Ada Matinya

Penulis: Bayu Saputra | Editor: Heribertus Sulis
Tribunlampung/Bayu
Dapat Sensasi 'Menantang Maut' dan Uang, Balap Liar di PKOR Way Halim Seolah Tak Ada Matinya 

Dapat Sensasi 'Menantang Maut' dan Uang, Balap Liar di PKOR Way Halim Seolah Tak Ada Matinya

BANDAR LAMPUNG, TRIBUN - Aksi balapan liar seakan tidak ada matinya. Meski kerap dirazia, nyatanya aksi balapan liar masih terjadi di Provinsi Lampung.

Mereka melakukan aksinya secara diam-diam. Bahkan tidak sekedar balapan liar, mereka juga melakukan taruhan dengan nilai Rp 2,5 juta-Rp 5 juta sekali balapan.

Penelusuran Tribun, balapan liar ini dilakukan pada Minggu dini hari sekitar pukul 01.00-03.00 WIB.

Lokasi balapan di Jalan Sultan Agung, Bandar Lampung, dekat PKOR Way Halim, saat jalanan sepi dan sebagian besar penduduk sudah tertidur.

Tribun melakukan pantauan langsung ke lokasi balapan liar ini pada Minggu (31/3) dini hari. Suasananya ternyata sangat ramai.

Ada ratusan anak muda yang ingin menonton aksi balapan liar hari itu. Mereka berjejer di sepanjang trek balapan.

Sekitar pukul 01.00 WIB, beberapa pembalap terlihat melakukan aksi dengan menjajal lintasan. Mereka memacu motornya beberapa kali.

Aksi para pembalap ini rupanya untuk menarik pembalap lain untuk mulai membuka taruhan alias menantang para pembalap untuk bertaruh.

Setelah beraksi beberapa menit, sejumlah pembalap nampak berbincang di pinggir veneu. Mereka kemudian menyerahkan nominal taruhan kepada juri yang mereka tunjuk.

Saat kesepakatan terjadi, para pembalap siap pada posisi masing-masing. Sedikitnya ada 20 motor yang turun hari itu. Suara sorak sorai penonton pun terdengar kencang meneriaki jagoannya ketika balapan dimulai.

Kucing-Kucingan

Di (24), salah satu pembalap atau istilahnya "joki" yang berhasil diwawancarai Tribun menuturkan, dia sudah balapan liar sejak usia SMP dan mulai ikut taruhan sejak 2016.

Ia mengaku kerap kucing-kucingan dengan aparat kepolisian untuk mengikuti balapan liar ini. Karena balapan liar tersebut biasanya dirazia polisi.

"Karena itulah balapan liar itu digelar dini hari. Selain juga agar tidak mengganggu pengguna jalan dan warga sekitar," ujar dia.

Karyawan swasta ini mengaku, ikut balapan liar karena memang suka.

"Saya memang hobi balapan motor dan berharap ada lintasan resmi sehingga tidak khawatir lagi kalo mau balapan," kata dia.

Di menceritakan sistem balapan umumnya berlangsung tiga kali. Ketika seorang pembalap atau joki sudah menang dua kali maka dialah pemenangnya dan berhak mendapat total uang taruhan.

Ia sudah beberapa kali menang taruhan tersebut.

Pernah mendapat Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta sekali taruhan.

"Kalau menang itu rasanya senang dan bangga. Dan jadi semakin percaya diri kala ngegas motor," ujarnya.

Meski begitu, ia berharap, suatau hari bisa melakukan balapan di lintasan resmi. Sehingga, bisa setiap saat melakukan balapan tanpa perlu khawatir dikejar polisi saat balapan.

"Sebenarnya berharap pemerintah menyediakan fasilitas atau lintasan untuk drag race, jika harus bayar untuk latihan juga tidak masalah.

Sehingga kita-kita bisa mengasah kemampuan. Seperti olahraga lain diberikan sarana prasarananya, kita juga para pembalap ini berharap hal itu," kata dia.

Urunan Taruhan

In (23), pembalap lainnya mengaku sudah balapan sejak 2015. Lokasi balapan selain di daerah Way Halim juga di Kota Baru, Jati Agung.

Taruhan yang biasa digelar yakni Rp 2,5 juta sampai Rp 5 juta, dengan dua kali trek lurus 201 meter.

Uang taruhan tersebut, ternyata tidak selalu berasal dari In seorang diri.

Ada juga uang taruhan yang berasal dari teman-teman satu tim. Namun sebelum taruhan disepakati, berapa nominal yang menjadi bagian dari sang joki.

"Kalau pas uang taruhannya dari tim, aku biasanya dapat jatah 20 persen sebagai jokinya. Sisanya dibagi rata semua tim atau kadang ada juga yang dibelikan alat untuk bersiap balapan selanjutnya," cerita dia.

Sama seperti Di, In mengaku sudah beberapa kali menang.

Ia pun menceritakan, setiap pembalap itu mengikuti tiga kali balapan. Ketika sudah menang dua kali lintasan, maka dialah pemenang. Jika imbang, maka harus diuji sekali lagi.

"Kadang harus dihadapkan dengan maut hobi kami ini. Tapi mau gimana lagi kita kan nyalurin hobi saja meski tidak ada fasilitas resminya," kata pria yang biasa menggarap motornya di daerah Campang Raya ini.

Jatuh dan terluka sudah menjadi "makanan" sehari-hari In. Namun ia mengaku, selalu berhati- hati saat turun di lintasan liar ini.

Motor yang kerap dipakainya untuk balapan yakni Yamaha Mio yang telah diriset oleh mekanik.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved