Ramadan 2019
Fakta Unik Masjid Jogokariyan, Hilang Motor Diganti Motor hingga Warga Tak ke Masjid Didata
Jemaah Masjid Jogokariyan selalu meluber sampai ke jalan-jalan saat ibadah salat tarawih di bulan ramadan.
Dia akan didatangi rumahnya oleh pihak masjid untuk dicarikan solusi dalam hidupnya.
"Kalau miskin dituntaskan, kalau anaknya tidak mampu sekolah langsung diberi beasiswa, kalau rumahnya rusak langsung dibedah denga uang saldo masjid," tulisnya lagi.
Katanya, saldo masjid harus NOL RUPIAH setiap dilaporkan ke jamaah, tidak ada yang “menganggur”.
"Uang infak dan sedekah mesti langsung tersalurkan ke jamaah."
Tak hanya itu, dari keterangan Jayadi, masjid ini juga menyediakan penginapan gratis untuk para musafir yang tidak mampu bayar hotel, fasilitasnya bintang tiga.
"Gratis makan, bahkan kalau ada musafir kehabisan ongkos ke masjid ini saja, dijamin dikasi ongkos pulang."
Di masjid ini juga ada ATM beras.
"Yang tidak mampu beli beras ke masjid saja gesek ambil beras, yang sakit ada klinik masjid gratis, ada ngopi, ngeteh gratis tiap waktu."
Yang juga menarik, masjid ini buka 24 jam dan pintunya enggak boleh digembok.

Semua persoalan jamaah masjid ini dikoordinasikan denga pengurus dan dicarikan solusinya.
Peran penting para pengrajin bantik setempat.
Pembangunan Masjid Jogokariyan tak bisa dipisahkan dari peran penting para pengrajin batik dan tenun yang ada di sekitar situ.
Mereka yang tergabung dalam kelompok Koperasi Batik “Karang Tunggal” dan Koperasi Tenun “Tri Jaya” di awal bulan Jui 1966 telah berhasil membeli tanah wakaf seluas 600 m2.
Tanah itulah yang kemudian menjadi cikal bakal pembangunan masjid.
Para pengusaha batik dan tenun itu sebagian besar adalah simpatisan partai politik MASYUMI dan pendukung kegiatan dakwah Muhammadiyah.