BMKG Petakan 22 Titik Panas di Lampung, Ini Rinciannya
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung menyebutkan telah terpantau 22 titik panas di Lampung.
Penulis: kiki adipratama | Editor: Reny Fitriani
Kasi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudy Hariyanto mengatakan, puncak musim kemarau ini diakibatkan aliran udara dari Benua Australia menuju Asia melewati Indonesia, termasuk wilayah Lampung sehingga angin terasa kencang mulai siang hingga malam hari.
"Kondisi cuaca di siang hari terik atau panas lalu di malam hari terasa dingin. Kondisi ini memicu pengurangan pasokan air hujan maupun air tanah. Akibatnya tanah juga menjadi kering dan tak sedikit yang retak-retak," kata Rudy kepada Tribun Senin (5/8) malam.
Dia mengimbau masyarakat atau petani untuk menanam tanaman yang tidak membutuhkan banyak air. Selain itu untuk tidak melakukan pembakaran lahan secara sembarangan tanpa pengawasan. Terpantau melalui citra satelit, potensi berkurangnya air dari hujan atau daratan secara umum hampir merata di seluruh wilayah Lampung.
"Hanya saja tidak terlalu meskipun juga berdampak untuk daerah tertentu bagian barat seperti Lampung Barat, Pesisir Barat, dan Tanggamus. Masih ada hujan meskipun sedikit intensitasnya. Kalau kabupaten lain statusnya sudah kering," ungkapnya.
Dia mengimbau masyarakat waspada kebakaran hutan atau lahan. Terpantau melalui citra satelit, terdapat enam titik atau lokasi hotspot yang muncul akibat suhu yang terlalu panas di titik tersebut. Empat titik di Lampung Tengah, satu titik di Lampung Selatan, dan satu titik lagi di Lampung Timur.
"Hanya kita tidak tahu pasti secara fisik apakah terjadi kebakaran di lokasi ini atau tidaknya. Hanya saja jika hotspot itu tingkat kepercayaannya di atas 80 persen maka dapat dipastikan terjadi kebakaran hutan atau lahan, dan empat titik di Lampung Tengah terpantau di atas 80 persen," beber dia.
Rudy meminta masyarakat agar waspada perubahan suhu cuaca dengan tidak sembarangan membuang puntung rokok atau melakukan pembakaran lahan karena bisa berpotensi terjadi kebakaran akibat angin bertiup kencang terlebih mulai siang hingga malam hari.
"Lebih berhati-hati terkait timbulnya kebakaran, meminimalisasi terjadinya kebakaran dengan tidak membakar lahan atau membuang puntung rokok sembarangan," tukasnya.
(Tribunlampung.co.id/Kiki Adipratama/Sulis Setya Markhamah)