Tribun Bandar Lampung
Warga Dua Kelurahan Ancam Copot Paksa Palang Besi Perlintasan Sebidang di Daerah Jagabaya II
Warga Kelurahan Jagabaya II dan Surabaya, Bandar Lampung akan melakukan pencopotan paksa palang besi rel yang sudah terpasang di perlintasan sebidang.
Penulis: Eka Ahmad Sholichin | Editor: Teguh Prasetyo
Laporan Reporter Tribun Lampung Eka Ahmad Sholichin
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Warga Kelurahan Jagabaya II dan Kelurahan Surabaya, Bandar Lampung akan melakukan pencopotan paksa palang besi rel yang sudah terpasang di perlintasan sebidang yang menghubungkan antara dua kelurahan.
Jalur alternatif tersebut menghubungkan Gang Balai Kelurahan Jagabaya II, Kecamatan Way Halim menuju Jalan Danau Towuti, Kelurahan Surabaya, Kecamatan Kedaton.
Sebab, penutupan perlintasan sebidang membuat kesulitan warga lingkungan sekitar dan juga warga lainnya, terutama pengguna sepeda motor yang akan memanfaatkan jalur alternatif tersebut.
"Ya kalau nanti gak ada solusi sama sekali dari pihak manapun (instansi terkait), kemungkinan kami akan bongkar paksa karena itu akses jalan pintas untuk antar anak sekolah, rumah sakit, pedagang, dan lainnya," ungkap salah seorang warga Rudi, Rabu (4/9/2019).
Menurutnya, jarak putar warga jika tidak ada jalur alternatif tersebut sekitar 1,5 km dari arah Gang Balai menuju Jalan Danau Towuti yang seharusnya bisa dilintasi lewat jalur alternatif tersebut.
"Dan belum lagi kalau kondisi jalan macet dan setiap sepanjang jalan banyak polisi tidur. Kalau gerobak lewat situ (jalur berputar) gak bisa karena kan ditarik pakai motor," ungkap warga yang juga berjualan nasi goreng di lingkungan tersebut.
Sementara warga lainnya Tedy mengutarakan warga di sini akan memberikan waktu secepatnya satu minggu dan batas maksimal akhir bulan ini.
"Kalau tidak ada solusi maka kita akan koordinasi lagi dengan warga dan siap maka kita akan bongkar karena itu akses jalan dan untuk hajat hidup orang banyak," paparnya.
• Upaya Pencegahan Terjadi Lakalantas di Pintu Perlintasan Tidak Resmi
Solusinya mungkin bisa dengan diganti misal dipasang menggunakan palang pintu atau sejenisnya asalkan tidak ditutup secara permanen.
"Ya kalau ada solusinya maka kita tidak akan dibongkar. Pokoknya solusinya jangan ditutup permanen karena itu bukan solusi bagi kami," paparnya.
Sementara Erni warga lainnya menuturkan penutupan jalur alternatif sudah sekitar 1,5 bulan lamanya dan warga sekitar tidak mengetahui sama sekali terkait penutupan jalur tersebut.
"Biasanya kan memang sering petugas datang cek lintasan didandan. Eh gak tahunya malah ditutup jalur alternatif itu," ungkapnya.
Menurutnya, dampak yang dirasakan tentunya beragam warga merasa dirugikan sehingga menjadi sepi karena tidak ada yang melintas lagi di sini.
"Ya saya sudah mati total karena tidak ada yang lewat karena semenjak ditutup, sepi gak ada yang lewat," ucap ibu yang berjualan sayuran matang.