Tribun Bandar Lampung
Basement Pasar Tugu Kumuh dan Tercium Aroma Tak Sedap
Pedagang Pasar Tugu di Jalan Hayam Wuruk, Bandar Lampung mengeluhkan kondisi basement di pasar tersebut yang tidak terawat.
Penulis: Eka Ahmad Sholichin | Editor: martin tobing
Laporan Wartawan Tribun Lampung Eka Ahmad Sholichin
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pedagang Pasar Tugu di Jalan Hayam Wuruk, Bandar Lampung mengeluhkan kondisi basement di pasar tersebut yang tidak terawat.
Berdasarkan pantauan Tribun, kondisi basement Pasar Tugu yang notabene dikelola PT Prabu Makmur tidak tertata rapih dan terkesan kumuh dan minim penerangan.
Bahkan, aroma tak sedap tercium saat memasuki pintu masuk basement lokasinya berada di bagian tengah pasar tersebut.
Alhasil, para pedagang yang tadinya berjualan di basement mulai berpindah tempat jualan di pinggir jalan sekitar dan depan pasar.
Said, salah seorang pedagang menuturkan, meninggalkan lapak jualan di basement lantaran kondisinya yang sudah tidak laik.
"Kondisi di bawah itu sudah nggak layak soalnya kalau musim hujan banjir di sini. Jadi pembeli malas mau ke bawah, makanya saya pindah keluar," paparnya, Selasa (22/10/2019).
• Berlatih Jujur dalam Usaha, Pedagang dan Pembeli di Pasar Tugu Sambut Gembira Tera Ulang Timbangan
Ketua Persatuan Pedagang Kaki Lima (PPKL) Pasar Tugu Yayan menuturkan kondisi basement di Pasar Tugu telah lama terlantar.
Menurutnya, ratusan lapak itu sebelumnya dipenuhi para pedagang, kini hanya tersisa 15 pedagang.
"Persoalannya itu disebabkan lantaran tempat yang tak layak lagi buat berjualan sehingga sepi pembeli saat ini. Belum lagi baunya itu dan pedagang yang bertahan itu karena memang nggak ada tempat lagi di atas," ujarnya.
Yayan menjelaskan, basement pasar tersebut dikelola pengembang PT Prabu Makmur yang dibangun sekitar tahun 2015 di bawah pimpinan Sugiarto Wiharjo (Alay).
"Ya sebenarnya masih dikelola, tapi kurang maksimal. Itu semenjak Alay tidak memegang langsung di sini," terangnya.
Menurutnya, pembangunan basement merupakan hasil mediasi Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung menanggapi unjuk rasa pedagang beberapa tahun lalu.
"Tapi setelah kami terima ternyata tidak sesuai dengan perjanjian. Oleh karenanya lama kelamaan pedagang banyak yang keluar dari situ," paparnya.
• Terekam CCTV, Duet Pencuri Gasak Motor Pegawai Toko di Pasar Tugu
Persoalan lainnya dihadapi kurang sekitar 540 pedagang tidak sanggup lagi membayarkan cicilan. Sebelumnya para pedagang diarahkan untuk melakukan peminjaman di salah satu bank.
"Uang itu untuk membeli lapak di basement tersebut untuk berjualan senilai Rp 15 juta. Tapi banyak juga yang sekarang terlantar karena nggak sanggup bayar karena tidak kondusif jualannya," jelasnya.
Sekitar dua tahunan setelah dibangunnya basement itu, pedagang berpindah ke atas.
"Ya pada pindah ke depan soalnya banyak pedagang baru masuk juga jualannya di depan. Jadi tambah malas pembeli masuk dan turun ke bawah. Kan jadi tambah sepi," keluhnya.
Yayan berharap, Pemerintah Kota (Pemkot) atau instansi terkait membuat kebijakan untuk memperhatikan pedagang yang terlantar.
Selain Pasar Tugu, kondisi serupa terlihat di basement berada di Pasar Cimeng. Basement tampak kurang tertata rapi dan sirkulasi ruang tampak sempit bila dipadati penjual dan pembeli.
"Memang basement di sini masih difungsikan dan ada beberapa pedagang yang menjajakan dagangannya". \
• Lakukan Tera Ulang Timbangan pada Pedagang Pasar Tugu, Disdag Temukan 11 Timbangan Alami Kerusakan
"Lumayan ramai yang jualan, tapi memang tatanannya gak rapih soalnya ada motor juga masuk ke dalam, jualan dan lainnya," jelas Aan, warga di sekitar pasar.
Minta Diperbaiki
Kepala Dinas (Kadis) Perdagangan Kota Bandar Lampung, Adiansyah menyatakan, pihaknya telah meminta PT Prabu Makmur untuk memperbaiki fasilitas yang rusak.
Pihak dinas juga sudah mencoba menghubungi orang kepercayaan pimpinan perusahaan tersebut Sugiarto Wiharjo (Alay).
Pemilik perusahaan saat ini tidak menetap di Bandar Lampung. Alhasil, hingga kini belum ada tindakan terkait pembenahan basement itu.
"Ya kita sudah meminta dengan anak buahnya Alay yang ada di situ untuk perbaiki karena memang pengelolanya mereka".
"Kita juga nggak bisa langsung ambil keputusan, karena harus koordinasi dan Alay juga kan nggak tahu di mana," terang Adiansyah saat dihubungi.
Terkait dinas dapat mengambil alih pengelolaan menurutnya harus berkoordinasi. "Saya juga nggak ngerti, apa karena putus kontrak atau gimana. Namun yang jelas akan kita pelajari dulu," ucapnya. (*)