Pasukan Elite Kolaborasi Prabowo dan Luhut B Panjaitan, Keduanya Dikirim ke Jerman untuk Belajar

Pasukan Elite Kolaborasi Prabowo dan Luhut B Panjaitan, Keduanya Dikirim ke Jerman untuk Belajar

Penulis: Beni Yulianto | Editor: Noval Andriansyah
Intisari online
Ilustrasi - Pasukan Elite Kolaborasi Prabowo dan Luhut B Panjaitan, Keduanya Dikirim ke Jerman untuk Belajar. 

Jenderal M Jusuf ternyata setuju dengan penamaan Detasemen 81/Antiteror, tapi ia ternyata memiliki alasan sendiri yang unik.

Baca: Terungkap, Raffi Ahmad Tak Pernah Biayai Rafathar Sejak Dalam Kandungan: Engga Ada Seperak Pun!

Menurut Jenderal M Jusuf penamaan Detasemen 81/Antiteror sudah betul karena angka 81 jumlahnya 9.

‘Pesawat Hercules yang selalu saya gunakan mempunyai call sign A-1314. Jumlah angkanya juga 9. Angka paling bagus itu,’ ujar Jenderal M Jusuf seperti dikutip dalam buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009.

Dalam perkembangannya Detasemen 81/Antiteror Kopassandha kemudian berubah menjadi Sat Gultor 81/Kopassus, lalu berubah lagi menjadi Sat-81 Kopassus.

Kopassus Pasukan Militer Terbaik di Dunia

Peristiwa mencengangkan terjadi pada Sabtu, 28 Maret 1981. Ketika itu, setelah transit di Palembang, pesawat Garuda GA-206 ‘Woyla’ rute Jakarta-Medan dibajak oleh lima orang yang menamakan diri Komando Jihad.

Pesawat yang dipiloti oleh Herman Rante itu kemudian dipaksa mengalihkan penerbangan ke Colombo, Srilanka.

Tapi, Herman menjelaskan bahwa bahar bakar pesawat tidak cukup. Akhirnya, pesawat mendarat di Penang, lalu menuju Bandara Don Muang, Bangkok.

Pembajak menuntut Pemerintah Indonesia membebaskan 80 anggota Komando Jihad yang dipenjara karena beberapa kasus.

Baca: Punya Tim VIP, Spetsnaz Disebut sebagai Pasukan Khusus Terbesar di Dunia

Antara lain, penyerangan Mapolsek Pasir Kaliki, Teror Warman di Raja Paloh, dan aksi lainnya sepanjang 1978-1980.

Selain itu, mereka juga meminta uang 1,5 juta dolar AS (setara Rp 20 miliar saat ini).

Presiden Soeharto kemudian menjawab tuntutan itu dengan aksi militer dipimpin oleh Asintel Panglima ABRI Mayjen Benny Moerdani.

Dalam keterangannya, Benny menjelaskan bahwa tingkat keberhasilan operasi militer adalah 50:50.

Artinya, operasi bisa berhasil. Tapi, akan ada jatuh korban yang banyak, mengingat semua pembajak bersenjata api dan ada yang memegang granat.

Pasalnya, jika sampai granat meledak dalam pesawat, korban yang jatuh tidak sedikit.

Baca: Sejarah Pasukan Abadi Persia yang Konon ”Tak Bisa Mati”

Halaman
1234
Sumber: Intisari Online
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved