Jual Batu Bukit Kunyit
Serpihan Bukit Kunyit Diperkirakan Masih Bisa Jadi Sumber Kehidupan Warga hingga Puluhan Tahun
Serpihan bukit yang tersisa di Bukit Kunyit bisa menjadi sumber kehidupan selama puluhan tahun kedepan bagi warga masyarakat.
Penulis: kiki adipratama | Editor: Reny Fitriani
"Ya itu hanya aktivitas masyarakat saja, kuli batu mindahin batu untuk diangkut ke truk," terang Wiwin, salah seorang pekerja tambang batu di Gunung Kunyit.
Ia menjelaskan bahwa kondisi longsor yang terjadi memang disengaja. Dimana akibat aktivitas penggali batu yang menggerus gunung pada bagian bawahnya. Penambang batu menyebut dengan istilah "digerong".
"Jadi digerong dulu baru bisa jatuh (longsor). Pengerjaannya manual dan sudah puluhan tahun seperti itu pengerjaannya. Setelah digerong butuh waktu tiga sampai empat bulanan untuk bisa longsor," ungkapnya.
Menurutnya, masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya tersebut memang sebagian mencari nafkah menambang batu.
"Hampir 80 persen warga bekerja di sini. Saat menggerong gunung juga tidak bisa sembarang. Karena ketika kira-kira longsor kami sudah tahu lihat dari gerakannya," jelasnya.
Saat longsor seperti ini, setidaknya penambang bisa mendapatkan hingga 30 truk batu siap angkut.
Penghasilan sebagai pekerja tambang batu, sambungnya, tentunya tidak tentu karena tergantung dari pemesanan.
"Kalau hitungannya sekitar Rp80-90 ribu perorangnya untuk yang tukang muat. Kalau tukang gali sampai Rp100-Rp200 ribuan," pungkasnya.
Selain Wiwin, ada juga kuli batu Arif Hidayat yang menggantungkan hidup dari aktivitas penambangan batu di Gunung Kunyit.
Diakuinya, dia telah bekerja sebagai kuli batu sudah sekitar 20 tahunan.
"Sudah lama saya kerja di sini, lahir sampai setengah 6 sore, buat kebutuhan sehari-hari, anak saya dua," beber pria 42 tahun itu.
Saat sepi pembeli dan kondisi batu yang tersedia minim, dirinya tak jarang hanya membawa pulang uang Rp 25 ribu satu harian.
• Fenomena Monyet Kerap Turun dari Bukit Kunyit, Walhi: Bukit Masih Terjaga Tinggal Hitungan Jari
"Ya memang setau saya nggak boleh lagi nambang di sini. Tapi mau gimana lagi kebutuhan," ungkapnya.
Menurutnya saat ada truk datang kuli dan penambang batu mendapatkan 250 ribu per truk. Jatahnya 130 ribu untuk penambang batu dan 120ribu untuk kuli batunya.
"Ya kalau satu truk datang itu dikeroyok empat orang, uang Rp 120 ribu dibagi empat (kuli batu). Sehari bisa dapat 11 sampai 30 truk pas ramai," beber dia. (Tribunlampung.co.id/Kiki Adipratama)