John Kei Godfather of Jakarta Akhirnya Bebas

Preman John Kei Godfather of Jakarta Akhirnya Bebas dari Lapas Nusakambangan

Editor: taryono
rri
John Kei Godfather of Jakarta Akhirnya Bebas 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Preman John Kei bebas dari Lapas Nusakambangan.

Dahulu Ia dijuluki Godfather of Jakarta.

Pembebasan bersyarat terpidana kasus pembunuhan itu tertuang pada surat keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor: Pas-1502.PK.01.04.06 Tahun 2019 tanggal 23 Desember 2019.

"Terkait berita kebebasan John Refra alias John Kei bin Paulinus Refra, bersama ini kami sampaikan bahwa benar bebas bersyarat," ujar Kabag Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan Ade Kusmanto kepada Tribunnews.com, Kamis (26/12/2019).

 

Berdasarkan putusan Mahkamah Agung No. 723K/PID/2013, John Kei dipidana 16 tahun karena kasus tindak pidana melanggar pasal 340 KUHP terkait pembunuhan berencana.

John Kei Maafkan Napi Teroris yang Serang Dirinya di Lapas, Penjara Mengubah The Godfather

Menyesal Bunuh Orang? Inilah Jawaban Mengejutkan The Godfather John Kei

Dulu Dikenal Bengis dan Tak Kenal Ampun John Kei Kini Bertobat, Video Buka-bukaan di Kick Andy

Pengalaman Pembunuh Sadis John Kei Saat Diisolasi di Lapas Super Maksimum Nusakambangan

"Dia mendapat remisi 36 bulan 30 hari, berdasarkan perhitungan akan bebas 31 Maret 2025, namun setelah memenuhi persyaratan diberikan program pembebasan bersyarat melaksanakan bebas bersyarat tanggal 26 Desember 2019 dan masa percobaan berakhir 31 Maret 2026," jelas Ade.

Ade menerangkan, pembebasan bersyarat merupakan hak narapidana sebagaimana diatur Pasal 14 ayat 1 (k) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Berdasarkan Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018, pembebasan bersyarat diberikan kepada narapidana yang telah memenuhi syarat, yakni telah menjalani masa pidana paling sedikit 2/3 masa pidana, dengan ketentuan paling sedikit 9 bulan.

Kemudian berkelakuan baik 9 bulan terakhir terhitung dari 2/3 masa pidana.

"Termasuk telah mengikuti program pembinaan dengan baik," kata Ade.

Melansir rri.co.id, John Kei yang mengenakan kaos warna hitam, dan celana jeans ini terlihat keluar dari pos Dermaga Wijayapura, yang merupakaan pos penyeberangan menuju ke Pulau Nusakambangan, sekitar pukul 09.30 WIB.

Keluarga yang sudah menunggu di depan Pos Wijayapura sejak Kamis pagi, langsung menyerbu dan memeluk John Kei, satu persatu.

John Kei disambut keluarga di Dermaga Wijaya Cilacap, Kamis (26/12/2019)
John Kei disambut keluarga di Dermaga Wijayapura Cilacap, Kamis (26/12/2019) (rri.co.id)

John Kei mengatakan kebebasannya kali ini merupakan hadiah Natal di tahun 2019.

Dia sangat bersyukur atas anugerah yang diberikan. Untuk itu, kedepan, dia akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

“Perasaan saya sangat bahagia, sangat suka cita, karena hari ini saya bebas, dijemput teman-teman isteri, dan anak-anak.

Ini sangat luar biasa, karena beberapa tahun, Natal membuat saya sedih, tetapi Natal kali ini begitu suka cita, ini semua berkat kasih an anugerah Tuhan,” katanya.

John Kei yang kini semakin relijius ini mengaku nantinya akan memanfaatkan waktu memberikan pelayanan rohani dari penjara satu ke penjara lainnya.

Bahkan tidak menutup kemungkinan dilakukan di gereja atau tempat lainnya.

Selain itu juga akan menghabiskan waktu bersama dengan keluarga, karena selama hampir delapan tahun ini, sudah banyak momen yang terlewatkan.

John Kei bersama dengan keluarga dan rombongan, meninggalkan wilayah Dermaga Wijayapura sekitar pukul 10.00 WIB.

John Kei pergi menggunakan mobil Jeep bernomor polisi B 1161 KCO.

Sebelum menghirup udara bebas,  John Kei didapuk untuk mengisi khotbah perayaan Natal bersama napi yang lain di Gereja Kasih Anugerah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Permisan, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (19/12/2019).

Perayaaan Natal ini diikuti lebih dari 100 jemaat yang ada di hadapannya mendengarkan dengan khidmat.

Bukan kali ini saja pria yang pernah dijuluki "Godfather of Jakarta" ini mengisi khotbah.

Ia kerap memimpin prosesi  peribadatan menggantikan pemuka agama yang berhalangan hadir di gereja.

"Ketika pendeta dari luar tidak datang, saya jadi mentor pengganti khotbah.

Bisa dua atau bulan tiga bulan sekali.

Di situlah saya belajar khotbah," kata John Kei seusai mengisi khotbah Natal, Kamis (19/12/2019).

John Kei mengisi khutbah natal di Gereja Kasih Anugerah Lapas Permisan Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
John Kei mengisi khutbah natal di Gereja Kasih Anugerah Lapas Permisan Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. (KOMPAS.COM/FADLAN MUKHTAR ZAIN)

John Kei mengaku mendapat pengalaman rohani saat mendekam di Lapas Batu yang menerapkan one man one cell.

Dari balik tembok lapas yang menerapkan pengamanan maksimal itu, ia mulai mempelajari firman Tuhan hingga akhirnya dipindah ke Lapas Permisan.

"Di lapas  high risk selama tiga bulan yang membentuk saya, saya di sini juga dibentuk Tuhan.

Saya diubahkan di high risk, saya seperti ini karena anugerah Tuhan," ujar John Kei.

Lantas apa arti Natal bagi John Kei?

"Sangat berarti karena Natal membawa damai dalam kehidupan saya.

Natal mengajarkan saya agar bisa mengasihi antar-semua komunitas, jadi bukan hanya mengasihi satu komunitas," kata John Kei.

Bebas

Lebih spesial lagi, Natal tahun ini merupakan Natal terakhir bagi John Kei di balik jeruji besi.

Dalam waktu dekat ini, pria yang divonis 16 tahun atas kasus pembunuhan ini akan mendapatkan bebas bersyarat.

"Saya sangat bahagia, inilah acara Natal saya terakhir di penjara, Natal ini sangat berkesan.

Perasaan sangat bahagia, inilah saat-saat yang saya tunggu, semakin dekat, rasanya semakin rindu dengan keluarga," ujar John Kei.

Lebih lanjut John Kei mengatakan, selepas keluar dari penjara, dia akan mengabdikan dirinya untuk menjadi pelayan di lapas.

Ia akan berkeliling lapas untuk memberikan bimbingan.

John Kei mengaku sudah memaafkan semua musuhnya saat berkecimpung dalam dunia hitam.

Namun, memang tidak mudah bagi John Kei untuk memaafkan.

Ia mengaku banyak belajar selama mendekam di penjara.

"Contoh kecil, sama teman teroris yang menyerang saya di kamar dan datang saya memaafkan kamu.

Dan itu menyangkut nyawa dan saya bisa memaafkan," kata John Kei.

"Suka tidak suka, mau tidak mau, setelah membaca firman Tuhan mengajarkan saya kalau masuk surga dan diampuni Tuhan, maka harus mengampuni musuh, harus bisa memaafkan.

Kalau tidak mau, maka Bapa di surga juga tidak mengampuni.

Memang berat, waktu belum baca firman, kalau saya keluar nanti pasti mati," ujar John Kei menambahkan.

DISERANG NAPI TERORIS DI NUSAKAMBANGAN

Sebelumnya kamar John Kei diserang sepuluh orang dari kamar 4, 5, dan 8 menyerang sel John Kei di Blok Tempo kamar 1, Rabu (8/11/2017).

Serangan juga dilakukan terhadap Wendriyanto Wartabone dan Muhammad Azrul Sidik yang menghuni Blok Tempo kamar 3.

"Mereka menggunakan balok-balok kayu proyek dan batu-batu yang ada di sekitar kamar blok Tempo," ujar Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II Permisan Nusakambangan, Yan Rusmanto melalui keterangan tertulis, Rabu (8/11/2017).

Saat itu, Yan memerintahkan seluruh petugas jaga dan stafnya untuk berupaya semaksimal mungkin meredam keributan massa.

Lonceng siaga pun dibunyikan, dan petugas melakukan barikade di sekitar lokasi keiadian agar kerusuhan tidak meluas.

Pihak lapas juga menghubungi Polres Cilacap untuk mengamankan situasi.

Yan mengatakan, sempat dilakukan upaya mediasi, namun tidak berhasil.

"Sehingga mulai merangsek dan membuat petugas kewalahan sehingga tidak bisa menahan banyaknya warga binaan yang berusaha melewati pintu 5," kata Yan.

Setelah berhasil melewati pintu 5, warga binaan kelompok John Kei melakukan serangan balik untuk menyelamatkan pimpinan mereka yang masih berada di kamar sel.

Kerusuhan pun tak bisa terelakkan.

Beberapa fasilitas lapas rusak, seperti pintu, jendela, kaca, dan taman.

Kelompok penyerang pun terpojok, kemudian masuk dan bertahan di dalam Blok Tempo kamar 4.

Setelah itu, petugas segera mengunci mereka agar kerusuhan tidak berlanjut.

"Setelah kerusuhan, John Kei berhasil diselamatkan dari kamarnya dan massa pun bisa terkendali dan mundur di sekitar taman gazebo," kata Yan.

Beberapa korban luka langsung ditangaani tim medis.

John Kei mengalami luka di pelipis kiri dan telapak tangan kiri sobek.

Wendri Yanto Warta Bone terluka di pelipis kiri atas dan memar di bagian bahu dan kaki.

Adapun Muhammad Azrul Sidik terluka di pelipis kiri tangan memar dan kedua kakinya memar.

Namun, terjadi lagi kericuhan dua jam setelah kedua kelompok berdamai.

Sejumlah anak buah John Kei mencari salah satu warga binaan bernama Surachman yang menyerang bosnya.

Sementara itu, kelompok warga binaan lain menyerang Tumbur Bondy, salah satu anak buah John kei yang tidak sempat melarikan diri, sehingga luka berat pada bagian punggung dan perutnya.

Tumbur dibawa ke RSUD Cilacap namun tidak dapat diselamatkan.

"Pada saat yang sama, setelah korban dilarikan rumah sakit, kondisi kamar-kamar warga binaan dalam keadaan terkunci, kecuali warga binaan yang sedang diperiksa oleh tim penyidik Polres Cilacap," kata Yan.

Kerusuhan di lapas itu mengakibatkan satu korban tewas dan tiga korban luka.

Sebanyak 11 orang yang diduga pelaku saat ini diamankan di lapas terkait.

John Kei merupakan terpidana kasus pembunuhan Bos Sanex Steel Tan Harry Tantono pada 2012 dan divonis bersalah dengan masa hukuman 16 tahun penjara.

John Kei melakukan pembunuhan terhadap Tan Harry Tantono alias Ayung di Swiss-bel Hotel, Jakarta Pusat pada Januari 2012 silam.

Ayung tewas akibat luka tusuk di pinggang, perut, dan leher.

John Kei pun divonis 16 tahun penjara, lebih berat dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum yaitu 14 tahun.

Ia terbukti bersalah melanggar Pasal 340 KUHP, yakni melakukan pembunuhan dengan rencana. (*)

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul  Detik-detik Penampakan Preman JHON KEI Bebas dari Lapas Nusakambangan

# John Kei Godfather of Jakarta Akhirnya Bebas

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved