Marinir Ini Sering Terlambat Dihukum Sampai Dijungkir Balik, Kisah Dibaliknya Bikin Haru
Saat datang ke lapangan tempat lokasi apel, bapak dua anak itu juga mendapatkan hukuman jungkir balik di lapangan.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID,BANDARLAMPUNG - Prajurit TNI memang dikenal dengan disiplinnya yang tinggi, sehingga keterlambatan datang saat apel membuahkan hukuman.
Seperti yang kerap dialami Prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut Serma Mar Gianto.
Kisahnya viral usai videonya diunggah di media sosial dan menyebar luas belum lama ini.
Dalam video berdurasi 1 menit 30 detik itu Serma Mar Gianto nampak datang terlambat untuk mengikuti apel pagi.
Akibat keterlambatannya dia dipanggil oleh anggota TNI yang sedang berjaga dan menjalani hukuman push up.
Demikian saat datang ke lapangan tempat lokasi apel, bapak dua anak itu juga mendapatkan hukuman jungkir balik di lapangan.
• Tentara Bebaskan 2 Nelayan Indonesia dari Sandera Abu Sayyaf, Satu Marinir Tewas
• Mencekam saat Pasukan Kopassus dan Marinir Bentrok, Mendadak Bubar setelah Didatangi Orang Ini
• BREAKING NEWS - Kepala Berdarah, Mayat Ditemukan Nelayan Tergeletak di Bibir Pantai Way Lunik
• Kerap Jadi Tempat Pacaran dan Mesum, Islamic Center Kotabumi Disterilkan
Namun dibalik keterlambatan prajurit Korps Marinir TNI angkatan laut yang bertugas di Yonif 9 Marinir Bala Jala Yudha Perkasa di Wilayah Pesawaran ini ternyata memiliki alasan mengharukan.
Serma Mar Gianto membeberkan pada Tribunlampung.co.id, dia harus merawat ibunya Sumiati terlebih dahulu yang tengah sakit stroke sebelum berangkat apel.
Ia menyempatkan diri untuk memandikan dan menyuapi makan ibunya yang berumur 56 tahun ini.
Ibu yang merawatnya seorang diri semenjak ayahnya meninggal dunia saat usianya masih 2,5 tahun.
"Ibu saya sudah sulit untuk berbicara dan tidak bisa berjalan sendiri lagi semenjak sakit lima tahun lalu," ungkapnya, Kamis (9/1/2020) pagi.
Kini untuk berpindah tempat dari ruangan satu ke ruangan lainnya harus mengandalkan kursi roda dan digendong oleh Serma Mar Gianto.
Selain itu dia juga harus mengantarkan anak pertamanya yang berusia 7 tahun untuk sekolah karena istrinya mengurus anak kedua mereka yang masih balita berusia 1 tahun.
Jarak dari rumah tinggal di Jalan Pattimura Gang Asyukron RT 02 RW 02 Hanura, Pesawaran ke tempat berdinas di batalyon sendiri sekitar 15 sampai 20 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.
"Kisah dalam film pendek ini ya memang realita hidup saya. Ibu saya sakit stroke sejak 5 tahun lalu, sementara saya anak tunggal dan merasa berkewajiban mengurus ibu saya yang tidak menikah lagi semenjak kepergian ayah," terangnya.
Mengenai awal mula video ini dibuat, bebernya, karena untuk mengikuti lomba pembuatan video film pendek bertema antara dinas dan keluarga dalam HUT Mabes TNI tahun 2019.
Kendati begitu sebenarnya video ini tidak mendapatkan nominasi kemenangan.
Namun yang tak terduga ternyata videonya justru viral.
"Saya nggak dapat nominasi juara, tapi justru malah video saya yang viral itu," kata suami Nuriyati Kusumadewi ini.
Namun jika dikatakan selalu telat datang apel Serma Mar Gianto mengatakan tidak.
Hanya ada waktu-waktu tertentu saat ibundanya harus diantar untuk kontrol berobat atau drop maka dirinya izin.
"Itupun saya izin, mengabarkan alasan keterlambatannya. Jadi tetap ada koordinasi dengan kepala bagian karena saya tugasnya di staf personalia," ujar pria 38 tahun itu.
Serma Mar Gianto juga menuturkan, saat kebagian jadwal piket malam dirinya juga menyempatkan pulang sore terlebih dahulu untuk memandikan ibunya, menyuapinya makan sebelum kembali bertugas.
Pesan yang ingin disampaikan dalam video ini menurutnya adalah sebagai seorang prajurit tetap harus ada keseimbangan antara bakti dengan orangtua dan juga bakti terhadap negara.
"Antara dinas dan orangtua tetap seimbang. Walaupun sesekali tidak datang apel pagi tapi saya kan tetap berdinas, bukannya malas bekerja karena orangtua sakit," tambah dia.
Dia berpesan apapun yang terjadi dengan keluarga dan dinas, seorang prajurit harus bisa membagi waktu dengan baik.
Diakui oleh Komandan Yonif 9 Mar Beruang Hitam Letkol Mar James Munthe, M.Tr (Hanla) juga sangat mendukung jika prajurit memprioritaskan orangtua juga selain tugas dinasnya.
"Komandan saya mengatakan jika orangtua itu nomor satu," tambahnya.
Letkol Mar James Munthe dikonfirmasi terpisah mengaku bangga dengan prajurit Beruang Hitam Yonif 9 Mar yang berdedikasi tinggi.
Dia juga mengatakan seorang prajurit selain menjaga profesionalismenya, agar tidak lupa keluarga apalagi orangtua.
"Terlebih dengan Ibu yang telah melahirkan kita. Sosok Serma Mar Gianto patut menjadi teladan. Dimana selain menjadi pribadi yang kuat, saya berkeyakinan bahwa prajurit tersebut memiliki jiwa loyalitas tanpa batas," ujarnya.(Tribunlampung.co.id.co.id/ Sulis Setia Markhamah)