Monas yang Tak Lagi Sakral hanya Sebagai Tempat Rekreasi
Soekarno membuat kawasan Monas sebagai pusat ketenangan kota di mana setiap pengunjung bisa belajar tentang Indonesia
Tidak sedikit, kata dia, orang-orang Indonesia tidak tahu ada sebuah museum diorama perjuangan kemerdekaan Indonesia di bawah bangunan Monas.
"Bung Karno pernah bilang, 'kalau kamu masuk (ke Monas) kamu langsung menuju ke ruang bawah tanahnya, karena di situ ada Museum Monumen Nasional di mana ada diorama, dan di sana kita bisa lihat apa itu Indonesia'," tutur Rizal.
Sebagai informasi, Pemprov DKI Jakarta sedang merevitalisasi kawasan Monas, Jakarta Pusat.
Menurut rencana, revitalisasi dikerjakan selama tiga tahun, yakni 2019-2021.
Dalam rancangan revitalisasi Monas, Pemprov DKI akan membangun lapangan plaza sebagai wadah ekspresi warga di setiap sisi Monas, baik di wilayah selatan, timur, maupun barat.
Pemprov DKI juga akan membangun kolam yang dapat merefleksikan bayangan Tugu Monas.
Revitalisasi ini bersamaan dengan revitalisasi Masjid Istiqlal dan kawasan di sekitar Lapangan Banteng.
Ketiga wilayah tersebut nantinya akan terhubung dengan jalur pejalan kaki yang lebar dan rapi.
Revitalisasi mulai dikerjakan pada November 2019.
Namun, proyek ini baru menjadi sorotan akhir-akhir ini karena adanya penebangan pohon demi proyek tersebut.
Sejarah Monas
Ide mendirikan sebuah monumen nasional di Jakarta tidak datang dari Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno.
Ide itu juga bukan datang seorang menteri atau pejabat teras di sekitar Soekarno.
Gagasan tersebut datang dari masyarakat biasa.
Demikian diungkapkan Sudiro, wali kota (sekarang gubernur ) Jakarta Raya periode 1953-1960.