Sekeluarga Terombang-ambing di Laut selama 38 Hari, Kapalnya Hancur Ditabrak Paus Pembunuh

Sekeluarga Terombang-ambing di Laut selama 38 Hari, Kapalnya Hancur Ditabrak Paus Pembunuh

ist
Sekeluarga Terombang-ambing di Laut selama 38 Hari, Kapalnya Hancur Ditabrak Paus Pembunuh. FOTO ilustrasi kapal tenggelam 

Perahu itu dilengkapi dengan rakit tiup dan perahu kayu berukuran sekitar tiga meter.

Douglas meluncurkan keduanya ke samping dan mengikatnya bersisian sebelum dia tersapu dari geladak.

Saya terus berpikir 'Inilah cara saya akan mati. Saya akan dimakan oleh paus pembunuh' kata Douglas Robertson.

"Saya terus merasakan kaki saya untuk melihat apakah kaki saya masih ada. Katanya, kita tidak akan merasakan gigitan paus, lalu tiba-tiba sudah tidak punya kaki. Saya terus memperhatikan kaki saya dan berpikir, ya setidaknya saya masih punya kaki."

Rute Kapal Lucette yang ditumpangi keluarga Robertson keliling dunia
Rute Kapal Lucette yang ditumpangi keluarga Robertson keliling dunia (daily mail)

Robin Williams, seorang pemuda yang ikut dalam perjalanan itu, diberi tempat tidur sebagai imbalan kerja, sedang tidur setelah jaga malam, ketika kapal mulai tenggelam.

Dia melangkah ke rakit karet dengan gugup. Satu sisi rakit masuk dalam dalam air tak lama kemudian tenggelam. Rakit itu mengambang tepat di bawah permukaan, tidak dapat digunakan.

Akibatnya, tujuh orang yang ada di kapal tu tidak punya pilihan lain. Mereka harus berdesakan di kapal kecil berkapasitas enam orang.

Di kapal itu mereka bertahan hidup sambil terapung-apung di lautan.

Hirarki bertahan hidup

Keluarga Robertson perlu rencana.

"Waktu bertahan hidup tanpa udara hanya dalam hitungan menit, dengan suhu ekstrem dalam beberapa jam, tanpa cairan, beberapa hari, dan tanpa makanan beberapa minggu," kata Mike Tipton, seorang ahli fisiologi dari University of Portsmouth yang spesialisasinya adalah kelangsungan hidup di lingkungan ekstrem.

Keluarga Robertson beruntung karena lokasi tenggelamnya di daerah tropis.

Suhu laut tidak cukup rendah untuk memicu syok karena suhu dingin.

"Semua perjalanan besar untuk bertahan hidup terjadi di daerah tropis," kata Tipton.

Setidaknya dua hal pertama pada hierarki kelangsungan hidup mereka, udara dan suhu, tidak perlu dikhawatirkan.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved