Sekeluarga Terombang-ambing di Laut selama 38 Hari, Kapalnya Hancur Ditabrak Paus Pembunuh
Sekeluarga Terombang-ambing di Laut selama 38 Hari, Kapalnya Hancur Ditabrak Paus Pembunuh
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Keluarga Robertson menghabiskan 38 hari terapung di laut setelah kapal pesiar mereka ditenggelamkan paus pembunuh.
Kisah mereka tentang kelangsungan hidup menunjukkan titik ekstrem yang dapat dijalani tubuh manusia.
Kapal mereka berada 200 mil di sebelah barat Galapagos.
Itu adalah hari kedua dari perjalanan 40 hari keluarga Robertson menuju Kepulauan Marquesas di Polinesia Prancis, bagian dari pelayaran keliling dunia mereka.
Beberapa anggota keluarga sedang tidur di bawah geladak, setelah berjaga sepanjang malam.
Kopi pagi diseduh di atas kompor dan mereka mulai menjalani rutinitas sehari-hari.
Peristiwa yang terjadi beberapa detik berikutnya akan mengubah hidup mereka selamanya.
Douglas Robertson, yang saat itu berusia 18 tahun, berada di balik kemudi bersama adiknya, Sandy, ketika dia melihat sirip segitiga paus pembunuh.
"Saya menarik tali pancing, ada cumi-cumi besar di ujungnya. Saya berkata kepada adik saya, 'Akan ada ikan-ikan besar di sekitar sini'," katanya.
"Karena, di mana ada cumi-cumi, ada paus."
Tiba-tiba ada benturan. Tiga kali, dengan cepat dan berturut-turut.
Layar kapal mereka terangkat ke udara, penghuninya terhempas.
Ada bunyi retak yang begitu keras yang menandakan lunas kapal telah patah. Lunas adalah sepotong kayu yang membentang sepanjang dasar kapal (0,9 m) dan lebar 0,3 m.
"Saya pikir kami pasti telah kandas," kata Douglas, yang sekarang berusia 65 tahun.
"Kami pasti telah menghantam dasar, entah bagaimana, meskipun kami berada di laut dalam. Karena saya tidak tahu penjelasan lain untuk apa yang terjadi. Saya melihat ke bawah palka dan berkata, "Ayah, apakah Ayah baik-baik saja?" Air sudah merendam pergelangan kakinya."

:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/penyebab-kapal-yang-ditumpangi-wartawan-istana-terbalik-di-labuhan-bajo.jpg)