80 Polisi Alami Muntah Setelah Sarapan di SPN Kemiling, Diduga Ini Penyebabnya
Para polisi itu langsung dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara, Rabu (5/2/2020) untuk mendapat perawatan.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Sebanyak 80 polisi yang sedang pelatihan dan pengasuh mengalami keracunan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling Polda Lampung.
Dari 80 polisi yang keracunan, 13 diantaranya yang mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
Sementara sisanya, sudah pulih sehingga tidak perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
Para polisi itu langsung dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara, Rabu (5/2/2020) untuk mendapat perawatan.
Polisi menduga 80 anggota polisi itu mengalami keracunan makanan.
• Dikira Tifus, Ternyata sang Anak Keracunan Makanan di SPN Polda Lampung
• Ketua DPR Robek Naskah Pidato Donald Trump di Hadapan Anggota Senat, Begini Balasan Sang Presiden
• Remaja DPO Curanmor Diciduk: Motornya Saya Jual Buat Makan
• Bocah di Bandar Lampung Korban Penganiayaan Ayah Tiri Dirawat Tetangga
Ini dikarenakan, 80 polisi tersebut mengalami mual dan muntah setelah mengonsumsi ayam suwir.
Polda Lampung melakukan penyelidikan terhadap kasus keracunan ini.
Kabid Humas Polda Lampung Kombes Zahwani Pandra Arsyad mengatakan, pihaknya sudah mengambil sampel makanan yang diduga menjadi penyebab 80 polisi keracunan.
Sampel makanan itu diteliti di laboratorium untuk mengetahui kandungan zat yang menyebabkan 80 polisi keracunan.
Menurut Pandra, makanan ini berasal dari pihak ketiga yang menyediakan makanan untuk para siswa polisi yang sedang menempuh pendidikan di SPN Kemiling.
"Makanan ini disediakan oleh pihak ketiga. Kami juga masih menunggu hasil pemeriksaan sampel makanan itu. Sementara dugaannya karena makanan yang dikonsumsi pagi tadi (kemarin)," ujar Pandra.
Ia menyatakan, makanan yang dikonsumsi berupa ayam suwir serta kuah kacang.
Makanan yang disajikan pihak ketiga pada saat jam sarapan menyebabkan 80 orang keracunan dan 13 di antaranya dirawat.
Ia memastikan korban keracunan sudah berangsur pulih.
"Sebagian dari tadi sudah ada yang pulang. Sementara 13 orang ini sudah dipindahkan ke ruangan, masih dalam pemulihan," ujar Kabid Humas Polda Lampung Zahwani Pandra Arsyad.
Kesaksian Korban
Bripka Dedi, salah satu pasien keracunan makanan mengatakan, gejala keracunan dirasakan beberapa jam setelah makan pagi.
Ia menerangkan, saat kejadian sedang mengikuti pelatihan di sekolah tersebut.
"Ya sarapan biasa, makan nasi sama ada ayam suwir," terangnya.
"Gak langsung kerasa (efek). Sekitar sejam setelah makan kok pusing dan muntah muntah," ujar personel Polres Metro ini.
Pasien lainnya yang dirawat Brigpol Edy menuturkan, satu setengah jam pasca sarapan atau sekitar pukul 08.00 WIB tiba tiba kepalanya pusing disertai rasa mual.
Kondisi serupa dialami rekan sepelatihannya.
"Saya bilang kenapa ini orang kok muntah, setelah dari situ ternyata saya juga kena," jelasnya.
"Maaf ngomong isi perut udah habis ga ada yang bisa dikeluarkan lagi. Tapi masih rasanya mau muntah terus," ujar anggota Satsabara Polres Lampung Barat sedang engikuti pelatihan dalmas ini.
Pagi itu, kata Edy, teman sesama peserta pelatihan mengalami mual dan muntah.
Ia yang awalnya masih dalam keadaan fit tak menyangka bakal mengalami hal serupa.
Ia menerangkan, kondisi kesehatannya sudah mulai membaik.
Meski tangan masih diinfus ia sudah bisa berjalan sendiri keluar ruangan tanpa bantuan orang lain.
"Sudah diperiksa dokter dan dikasih obat," katanya.
Kronologi
Informasi Tribunlampung.co.id himpun, kejadian bermula pagi sekitar pukul 06.30 WIB. Saat itu para siswa sedang menikmati santapan makan pagi.
Usai makan pagi, seluruh siswa mengikuti apel di lapangan sekaligus tes urine.
Selanjutnya, sekitar pukul 08.00 WIB siswa menuju ruang untuk mengikuti kegiatan belajar seperti biasa.
Saat itu ada beberapa siswa pelatihan dari ton dalmas mengalami muntah dan kepala pusing.
Ternyata hal serupa juga dialami siswa diktuk dan para pengasuh.
Kejadian tersebut dilaporkan ke pejabat SPN untuk mendapatkan tindakan pertolongan.
Sebelum dirujuk ke IGD RS Bhayangkara, siswa keracunan ini mendapat pertolongan pertama pemeriksaan di klinik SPN.
Kegiatan belajar mengajar terpaksa dihentikan akibat kejadian itu.
Dikira Tifus
IJAL (50) warga Bandar Lampung mendatangi IGD RS Bhayangkara Polda Lampung.
Kedatangannya pasca menerima pesan WhatsApp dari sang anak.
Anaknya berpangkat Brigadir Polisi Satu (Briptu) ini menyampaikan pesan, sedang dirawat di rumah sakit tersebut.
Ijal pun tak menyangka, sang anaknya dirawat bukan karena penyakit yang selama ini diidapnya.
Ijal menyebut putra sulungnya itu punya riwayat penyakit tifus.
Alhasil ia menanggapi pesan itu dengan santai. barul sore hari, ia bersama satu kerabat membesuk sang anak.
"Dari kecil dia ini sering kena tipus, sekarang saja masih. Lelah sedikit pasti penyakitnya kambuh. Saya kira tipusnya kambuh. Rupanya keracunan makanan," katanya.
Kendati demikian, Ijal menyebut kondisi kesehatan sang anak semakin membaik.
"Belum sempat komunikasi dengan dokternya, jadi belum tahu kapan boleh pulang," terangnya.
(tribunlampung.co.id)