Tribun Lampung Utara
Ratusan Warga Kotabumi Terserang DBD, Terbanyak di RS Ryacudu Rawat 80 Pasien DBD
Ratusan warga Lampung Utara (Lampura) terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) dan dirawat di beberapa rumah sakit di Lampura.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KOTABUMI - Ratusan warga Lampung Utara (Lampura) terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) dan dirawat di beberapa rumah sakit di Lampura.
Berdasarkan penelusuran Tribunlampung.co.id di 3 rumah sakit, tercatat pasien yang diduga terkena DBD mencapai 175 orang, selama Januari 2020 hingga 5 Februari 2020.
Rinciannya, RS Ryacudu 80 pasien, RS M Yusuf ada 25 pasien, dan RS Handayani ada 70 pasien DBD.
Sayangnya, Kepala Dinas Kesehatan Lampung Utara tidak menjawab pasti ketika dikonfirmasi mengenai jumlah tersebut.
"Jadi perlu diluruskan kalau yang datang ke rumah sakit itu belum tentu DBD, karena diagnosa panasnya sampai dengan 7 hari," kata Kadiskes Lampung Utara Maya Metissa, Kamis (6/2/2020).
• Kasus Bocah Meninggal karena DBD di Lampung Utara, Apa Bedanya DBD dan Demam Biasa?
• Ibu Muda di Lamsel Tewas Ditusuk Begal Sadis di Kebun Jagung, Polisi Masih Buru Pelaku
• Dituntut 2 Tahun Penjara oleh JPU KPK, Candra Safari: Sudah Kayak Artis Saja, No Komen!
• Polisi Tewas Dilempari Batu dan Botol di Lampung Tengah, Disangka Begal Setelah Ayunkan Parang
Penelusuran Tribunlampung.co.id di RS Ryacudu, tercatat ada 80 pasien diduga terkena DBD.
Humas RS Ryacudu Entina Yati mengatakan, sampai saat ini, pasien DBD yang telah terdata ada 80 orang.
"Dari 80 pasien tersebut memang yang mendominasi orang dewasa, dengan rawat jalan dan inap juga ada," kata Entina Yati, Kamis (6/2/2020).
Sampai saat ini, terus Entina Yati, yang masih dirawat sebanyak 9 orang pasien.
"Pasien itu ada yang rawat jalan juga dan memang terakhir pasien yang kami rawat ada 9 orang," kata Entina Yati.
Entina Yati memastikan, dari jumlah tersebut tak ada pasien yang terkena DBD sampai meninggal dunia.
Sementara itu, Humas RS M Yusuf Girman mengatakan, kalau di rumah sakit tersebut tercatat ada sekitar 25 pasien diduga terkena DBD dengan dominasi orang dewasa.
"Data dari kami memang sampai hari ini ada sebanyak 25 orang yang mengalami DBD," kata Girman.
Sedangkan, Kepala Rekam Medis RS Handayani Surya mengatakan, kalau yang terdata di rumah sakit tersebut pasien DBD sebanyak 70 orang.
"Jadi pasien ini (diduga terkena DBD) yang dirawat ada 70 orang, baik dewasa dan anak-anak," ungkap Surya.
Menurut Surya, jumlah tersebut belum tercatat seluruhnya.
"Masih ada yang lain karena belum terdata dan memang data lengkapnya ada di bagian TU," ucap Surya.
Belum KLB
Maya Metissa menegaskan, jumlah kasus diduga DBD yang cukup tinggi tersebut, belum dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB).
"Kalau penetapan KLB itu oleh Bupati Lampung Utara, dengan merujuk data tahun lalu dengan tahun ini ada peningkatan atau tidak," jelas Maya Metissa.
"Memang tahun lalu (2019) di bulan Januari cukup tinggi dan Januari 2020 hanya ada 54 kasus DBD," imbuh Maya Metissa.
"Kalau datanya berapa warga Lampura sampai saat ini saya tidak hapal berapa banyak yang kena DBD," ucap Maya Metissa.
Maya Metissa pun berharap, tidak ada penetapan status KLB di Lampung Utara meski angka pasien diduga DBD cukup tinggi.
"Kalau mendadak sakit dan panas secara berlebihan, maka dilakukan pemeriksaan medis secara mendalam," jelas Maya Metissa.
"Setelah diperiksa darahnya oleh dokter, lalu dinyatakan diagnosa DBD, barulah itu dikatakan DBD," imbuh Maya Metissa.
"Ciri-cirinya DBD itu batuk atau panas, jika mengalami gejala itu, segera melaporkan kepada pihak medis," tandas Maya Metissa.
Ada Tim Survei
Maya Metissa mengungkapkan terkait upaya Diskes Lampura dalam penanganan DBD.
Menurut Maya Metissa, jika ditemukan kasus DBD, maka langsung dilakukan penyelidikan oleh tim survei.
"Kalau ada jentik, ada kasus panas, kemudian positif (DBD), kami (Diskes) turun ke lapangan," ujar Maya Metissa.
Kemudian, lanjut Maya Metissa, wilayah yang ditemukan kasus DBD tersebut, langsung dilakukan fogging.
"Karena dengan cara fogging fokus, memang anggaran tersebut yang dimiliki Diskes," kata Maya Metissa.
Pemberantasan DBD itu, tegas Maya Metissa, dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yakni menerapkan 3 M plus.
Di antaranya, lanjut Maya Metissa, menguras tempat penampungan air, menutup penampungan air dan mengubur atau mendaur ulang barang bekas berpotensi menampung air hujan.
"Kalau hujan rintik pasti ada sarang jentik nyamuk, dan kami juga sudah menyosialisasikan bahaya DBD ini kepada 27 puskemas," jelas Maya Metissa.
Adapun kegiatan sosialisasi DBD itu, kata Maya Metissa, termasuk dengan pembangian bubuk abate untuk ditaburkan ke dalam bak mandi.
Anak 12 Tahun Dirawat karena DBD
Lukmansyah warga LK01/RT01 Kelurahan Rejosari mengatakan, anaknya Luchi Amanda Putri (12) dinyatakan positif terkena DBD.
Saat ini, pelajar kelas VII MTs Negeri 2 Kotabumi ini telah mendapatkan perawatan medis di RS Ryacudu selama 4 hari.
“Ada siswa yang lainnya yang terkena DBD di antaranya anak saya. Saya berharap ini menjadi perhatian khusus untuk sekolah maupun dari Diskes," harap Lukmansyah.
Lukmansyah khawatir, penyebaran DBD ini akan semakin meluas ke warga dan murid-murid yang lainnya.(Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra)