Memprihatinkan, Siswa SD di Lampung Belajar Sambil Kehujanan, Bangunan dari Papan hingga Bambu
Sejumlah Sekolah di Provinsi Lampung dalam kondisi memprihatinkan. Ada Bangunan Sekolah yang masih semi permanen dari papan hingga bambu.
Di Lampung Timur, SDN 1 Labuhan Ratu Satu yang berdiri sejak 1974 masih berdinding papan, tidak berplafon, jendela terbuat dari kawat jaring, pintu banyak sudah jebol. Lantai Sekolah juga masih plur semen biasa.
Atap menggunakan asbes dan banyak sudah bolong. Saat hujan air menetes dari atas hingga Siswa belajar dalam kondisi becek dan kebasahan.
Saat hujan itu pula, Siswa akan belajar berdampingan dengan ember-ember yang menampung air hujan yang mengalir deras dari atas atap. s
Di Kabupaten Lampung Barat, kondisi Bangunan SD 1 Kagungan juga masih semi permanen berdinding papan, plafon usang sudah terkelupas, atap bocor, lantai keramik dalam kelas sudah hancur.
Sementara di SD Negeri 3 Hanakau, Kecamatan Sukau, Lambar, plafon ruang kelas bolong-bolong, meja dan kursi minim dan sudah rusak.
Kondisi tak jauh berbeda juga terlihat di SMPN 2 Sidomulyo Lampung Selatan, dan SDN 2 Keteguhan, Telukbetung Timur, Bandar Lampung.
Di dua Sekolah ini pun kondisi ruang belajar tak kalah memprihatinkan. Atap bolong dan saat hujan air masuk ke dalam kelas, lantai semen sudah banyak yang hancur, pintu dan jendela rusak.
Komentar Sekolah
Arifin, guru di SDN 2 Tanjung Betuah Tanggamus mengatakan, Bangunan Sekolah berdiri sejak 1986 silam.
Terdapat Bangunan semi permanan dan permanen. Semula statusnya SD kecil, kemudian naik menjadi SD mandiri.
Sejak saat itu tidak pernah ada perbaikan Bangunan Sekolah.
"Siswa kurang dari 100 orang tiap tahunnya. Karenanya, kecil pula dapat jatah dana BOS. Sementara, Sekolah tidak tega menarik dana dari wali murid, karena hidup mereka juga pas-pasan. Jadi kita hanya bisa manfaatkan Bangunan yang ada selagi masih bisa berdiri," jelasnya.
Ia mengatakan, kala hujan, air masuk ke dalam kelas. Karena itu, waktu belajar akan dipercepat, guna mengantisipasi jika Sekolah roboh akibat hujan atau angin.
"Adanya seperti ini, ya terima saja. Sebab, tugas guru mengajar. Mau bagaimana lagi, tempatnya bisa dilihat sendiri," kata Arifin sedih.
Sementara Syaifudin, guru Madrasah Ibtidaiyah Baros, Kecamatan Kota Agung Timur, Tanggamus mengatakan, Sekolah semi permanen itu hanya memiliki satu guru dan 30 Siswa.