Memprihatinkan, Siswa SD di Lampung Belajar Sambil Kehujanan, Bangunan dari Papan hingga Bambu
Sejumlah Sekolah di Provinsi Lampung dalam kondisi memprihatinkan. Ada Bangunan Sekolah yang masih semi permanen dari papan hingga bambu.
"Beginilah Sekolahnya, yang Sekolah di sini juga anak-anak di sini saja. Kalau bisa ada pemBangunan permanen," harap dia.
Ia menjelaskan Sekolah ini adalah Sekolah swasta dan merupakan kelas jauh dari Sekolah induknya di Kota Agung.
"Khusus untuk kebutuhan ujian anak-anak kelas VI, dilakukan di Sekolah induknya," ujar Syaifudin.
Sekretaris Dinas Pendidikan Tanggamus Lauyustis mengungkapkan, ada beberapa Sekolah yang akan diperbaiki pada tahun 2020 ini dan tahun depan 2021.
SDN 2 Tanjung Betuah, Pekon Tanjung Betuah di Kec. Cukuh Balak, termasuk yang akan diperbaiki.
Perbaikan berupa perbaikan berat sampai pada pemBangunan ruang kelas baru. Sebab selama ini khusus perbaikan tahun ini kondisi Bangunan memang sudah tidak layak.
Sebab beberapa ruang kelas masih terbuat dari papan dan kondisinya sudah lapuk. Lalu atap bocor dan jendela tanpa daun jendela, begitu pun dengan pintunya.
"Kami minta, pihak Sekolah bisa memfaatkan dana BOS untuk kerusakan yang kecil, supaya tidak menjadi besar. Jangan sampai dibiarkan saja akhirnya kerusakan itu besar, lalu tergantung dengan dinas," terang Lauyustis.
Lamteng
Kepala SDN 2 Terbanggi Besar, Bertalina, menyebutkan Sekolah yang ia pimpin hampir tidak pernah mendapatkan bantuan perbaikan gedung Sekolah. Sekolah itu dibangun pada tahun 1970-an.
Namun begitu, ia tak menyerah dengan kondisi tersebut. Ia tetap mengajak seluruh guru menjalankan tugas mereka untuk mencerdaskan generasi seterusnya.
"Kami terakhir mengajukan (perbaikan ke Disdik Lamteng) pada Desember 2019 lalu, tapi ya belum juga mendapatkan perbaikan, kondisinya ya tetap seperti itu (rusak)," ujar Bertalina kepada Tribun Lampung.
Ia melanjutkan, dari total delapan kelas yang ada, sebanyak lima kelas kondisinya bocor dan rusak parah. Tak hanya kelas, tapi juga papan tulis, kursi dan meja juga banyak yang rusak.
Akibatnya, banyak orangtua yang tak mau menSekolahkan anaknya di sana. Saat ini tinggal 80-an Siswa.
"Kami juga kekurangan tenaga pengajar, guru hanya 6, 3 PNS dan 3 honorer. Kami gak ada guru agama dan guru olahraga. Kami sudah ngajuin penambahan juga (jumlah guru) tapi belum ditambah," imbuhnya.