Pemerintah AS Ganti Sebut Virus Corona Jadi Wuhan Virus Dikecam, Bisa Picu Warga China Dikucilkan

“Rasisme bukanlah kebodohan - rasisme adalah kebencian. Rasis terus-menerus menemukan alasan untuk menguraikan kebencian mereka - dan dalam latar

Editor: Romi Rinando
EPA-EFE/STR via kompas.com
Ilustrasi tim medis memeriksa seorang pasien yang terinfeksi virus corona di Rumah Sakit Jinyintan Wuhan pada 26 Januari 2020. Pemerintah AS Ganti Sebut Virus Corona Jadi Wuhan Virus Dikecam, Picu Warga China Makin Dikucilkan 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Penyebutan Virus Corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19  oleh Pemerintah Amerika Serikat dengan nama Wuhan Virus menuai protes dari Pemerintah China dan sejumlah kalangan. 

Diketahui Penggunaan kata Wuhan Virus diatur dalam nomenklatur baru yang dikeluarkan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo.

Pompeo menyebutkan, ada satu alasan utama mengapa ia mengeluarkan aturan penyebutan ini. Alasan itu disampaikannya pada Jumat (6/3/2020) saat wawancara dengan CNBC dan Fox News.

"Alasan pertama, Partai Komunis China pernah mengatakan bahwa ini (Wuhan) merupakan tempat awal mula virus ditemukan. Jadi jangan gunakan ucapan saya untuk itu, gunakan saja pernyataan mereka, " ujar Pompeo, dikutip dari SCMP, Sabtu (7/3/2020).

Penggunaan istilah ini menuai beragam reaksi. Di media sosial, netizen menilai penyebutan istilah Wuhan Virus sebagai pengganti virus corona jenis baru merupakan bentuk ketakutan yang nyata.

Intelijen dan Polisi Dilibatkan untuk Cari Orang Suspect Corona, 2 Pasien Ditemukan Positif

Nasib Konser Tunggal Ayu Ting Ting di Tengah Kasus Virus Corona

Pasien Positif Virus Corona Jadi 4 Orang

 

Respons dan kekhawatiran juga dilontarkan atas penggunaan istilah ini oleh Pompeo. Alasannya, akan muncul kekhawatiran meluasnya rasisme dan xenophobia atau ketakutan terhadap orang-orang dari negara tertentu.

Sebaliknya, ada pula yang menganggap tak ada yang salah dengan penggunaan istilah ini. Tindakan rasis Di sejumlah media, diberitakan adanya tindakan rasis terhadap warga China dan etnis Tionghoa di beberapa negara.

Melansir Times, 6 Maret 2020, penyebaran virus corona diikuti oleh intensi rasisme dan xenophobia.

Di Inggris, pelajar Singapura dan kurator seni Vietnam dilaporkan menjadi target terbaru xenophobia dan rasisme terkait meluasnya wabah corona di dunia. Jonathan Mok, pelajar asal Singapura, melalui media sosial, mengungkapkan bahwa ia diduga diserang saat berjalan di Oxford Street di pusat kota London pada 24 Februari 2020.

Mok mengungkapkan, ada empat pria yang meninju dan menendangnya sembari mengatakan, "Saya tidak ingin virus corona Anda di negara kami".

Mok mengunggah di Facebook foto cedera pada wajahnya yang menarik perhatian dari puluhan ribu akun di seluruh dunia.

“Rasisme bukanlah kebodohan - rasisme adalah kebencian. Rasis terus-menerus menemukan alasan untuk menguraikan kebencian mereka - dan dalam latar belakang coronavirus saat ini, mereka telah menemukan alasan lain," tulis Mok.

Peristiwa seperti ini tak hanya dialami Mok. Pada awal Februari, kecenderungan rasisme juga sempat mencuat.

Diberitakan CGTN, seorang netizen asal China mengunggah sebuah foto yang menunjukkan ayahnya tengah berpose di depan mobil yang diberikan oleh si anak sebagai kejutan. Di kolom komentar terdapat sebuah kalimat yang kurang pantas.

Pada intinya, orang yang berkomentar itu meminta mereka untuk tetap berada di China sampai persebaran virus benar-benar bisa diatasi. Selain itu, banyak juga restoran Vietnam yang menuliskan pengumuman

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved