Warga Bantul Bangun Gerbang Penyemprot Disinfektan Otomatis, Setiap yang Melintas Kena Semprot
di gerbang tersebut dilengkapi sensor gerak otomatis, dan dipasang 15 spuyer atau sprinkler, tempat keluarnya kabut asap disinfektan.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Wabah virus corona kini mulai masuk ke sejumlah wilayah Indonesia.
Sejumlah upaya pemerintah pusat dan daerah terus dilakukan untuk mencegah dan meminimalisir penyebaraan virus corona yang muncul pertama kali dari Kota Wuhan China.
Bahkan sebagai bagian pencegahan penyebaraan virus Corona, warga di Kali Pakis menciptakan alat penyemprot ototmatis disinfektan.
Alat ini dipasang di pintu gerbang masuk kampung Kalipakis RT 07, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Meski terlihat sederhana, namun alat ini sangat membantu pencegahaan penyebaraan virus corona.
• Viral Kosmetik Wardah Sumbang Rp 13 Miliar untuk Penanganan Corona, Kami Sumbang Tapi Gak Segitu
• Disebut Bisa Sembuhkan Corona, Klorokuin Tak Boleh Dikonsumsi Sembarangan
• Legenda Sepak Bola Italia Paolo Maldini, dan Putranya Positif Terinfeksi Virus Corona
Berdasarkan video yang beredar di media sosial, gerbang ini secara otomatis akan menyemprotkan disinfektan ketika ada orang yang masuk maupun keluar gerbang.
Sehingga orang yang masuk lingkungan tersebut terkurangi resiko membawa virus corona.
Dalam penjelasaan video tersebut, gerbang otomatis penyemprot disinfektan akan mengeluarkan kabut otomatis jika ada orang yang melintas.
Karena di gerbang tersebut dilengkapi sensor gerak otomatis, dan dipasang 15 spuyer atau sprinkler, tempat keluarnya kabut asap disinfektan.
Untuk kapasitasnya drumnya tersedia 135 liter. Setiap 20 liter bisa habis dalam waktu 25 menit. Dan kabut asap akan menyemprot sekitar 20-25 detik.
Dalam penjelasan di video kendaraan roda empat yang melintas dan pengemudinya memubka kaca maka disinfektan akan menyemprotkan kabutnya.
STMIK Primakara Buat Gate Penyemprotan Desinfektan Otomatis
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara mengembangkan gate penyemprotan desinfektan secara otomatis.
Alat ini dibuat untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan wabah coronavirus disease (Covid-19) di Bali.
Gate penyemprotan desinfektan otomatis tersebut bentuknya berupa bilik beurukaran 2,5 x 1 meter.
Pada waktu uji coba, alat itu dipajang di depan pintu utama Kampus STMIK Primakara untuk melakukan penyemprotan desinfektan otomatis kepada siapapun yang melewatinya.

STMIK Primakara
Uji coba gate penyemprotan desinfektan otomatis di Kampus STMIK Primakara, Jalan Tukad Badung Nomor 135 Denpasar, Sabtu (21/3/2020)
“Alat ini merupakan gerbang penyiraman cairan desinfektan yang memiliki kemampuan penyiraman otomatis yang memafaatkan teknologi Internet of Things (IoT), dengan memanfaatkan Microcontroller, Sensor dan Relay,” terang akademisi Program Studi (Prodi) Teknik Informatika STMIK Primakara, Made Adi Paramartha Putra.
Adi yang merupakan salah satu yang ikut menciptakan alat ini menjelaskan, cara kerja gate yang menggunakan bantuan dari Arduino IDE ini adalah melakukan deteksi secara terus menerus.
Kemudian saat mendeteksi pengguna dijarak tertentu, relay akan menyalakan pompa untuk menyemprotkan cairan desinfektan secara otomatis.
“Semuanya itu akan bisa berjalan ketika dibaca oleh sensor yang kita taruh di bagian atas depan bilik. Kemudian saat mendeteksi pengguna dijarak tertentu, relay akan menyalakan pompa untuk menyemprotkan cairan desinfektan melalui lima lubang yang telah disediakan,” tuturnya kepada awak media di sela-sela uji coba alat ini di Kampus STMIK Primakara, Jalan Tukad Badung Nomor 135 Denpasar, Sabtu (21/3/2020).
Walau gate penyemprotan desinfektan otomatis ini saat ini baru sebatas protipe, namun menurut Adi saat uji coba alat ini sudah dapat bekerja dengan baik.
Namun memang masih diperlukan sejumlah perbaikan atau peningkatan, salah satunya adalah kualitas deteksi sensor yang dinilai masih kurang sensitif terhadap tubuh manusia.
"Ini yang menjadi kelemahan dalam alat ini. Sensor yang kami sediakan hanya satu. Jadi ketika ada orang yang ada di depan alat ini, sensor yang kami sediakan juga kurang sensitif.
Jadi ke depan kami akan kembangkan dengan banyak sensor. Ketika ada orang yang ada di depan alat ini, validasi yang diperoleh oleh program akan lebih akurat," jelasnya.
Sementara itu Ketua STMIK Primakara, I Made Artana mengatakan, penciptaan gate penyemprotan desinfektan otomatis ini terbilang dikebut dengan cepat yakni hanya dalam jangka waktu kurang dari dua hari.
Tim dari STMIK Primakara bergerak cepat menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan khususnya perangkat IoT-nya termasuk melakukan programming atau koding sederhana untuk mengoperasikan alat ini secara otomatis.
“Awalnya saya di-tag dan ditantang teman di Facebook untuk membuat sesuatu di tengah situasi keperihatinan kita berjuang melawan Corona. Jadi lahirlah alat ini,” ungkap Artana
Keberadaan gate penyemprotan desinfektan otomatis dirasakan sangat dibutuhkan dan efektik digunakan terutama pintu keluar-masuk Bali, seperti bandara dan pelabuhan.
Selain itu juga sangat baik jika dipakai di tempat-tempat publik lainnya, seperti mall/pusat perbelanjaan hingga perkantoran pemerintah dan tempat lainnya.
"Kalau seperti di bandara, tempat umum atau perkantoran biasanya dilakukan penyemprotan desinfektan secara manual.

Tentu itu menimbulkan ketidaknyamanannya bagi yang disemprot maupun yang menyemprot. Makanya STMIK Primaka berinisiatif untuk membuat alat ini,” terang Artana lebih lanjut.
STMIK Primakara sebagai Kampus IT Masa Kini yang dikenal sebagai Technopreneurship Campus dan telah Terakreditasi Institusi B dari BAN PT ini berharap alat ini bisa menjadi solusi membantu pemerintah dan masyarakat bersama mencegah dan melawan Covid-19.
Sebab penyediaan alat penyemporotan desinfektan secara otomatis sudah harus dilakukan di tempat-tempat umum untuk mencegah penularan virus Corona semakin meluas.
Selain lebih efektif, alat ini juga punya sifat memaksa, jadi semua orang itu bisa lewat satu gerbang dan dilakukan penyemprotan desinfektan secara otomatis.
"Goal utama kami adalah membantu pemerintah dan semua pihak melakukan upaya seoptimal mungkin mencegah dan menangggulangi penyebaran Covid-19.
Di tengah situasi ini kehadiran STMIK Primakara harus dirasakan masyarakatnya," imbuh Artana yang juga Juara I Penggerak Wirausaha Muda Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2017 dan peraih CYEA (Creative Young Entrepeneur Award) dari Junior Chamber International ini.
Solusi yang ditawarkan STMIK Primakara lewat gate penyemprotan desinfektan otomatis ini akan disampaikan juga kepada Gubernur Bali dan Bupati atau Walikota se-Bali.
"Untuk alat yang pertama ini kami buat bahkan kami siap hibahkan. Siapapun yang berminat baik dari pemerintah daerah maupun instansi lain silakan hubungi kami,” kata Artana yang juga peraih penghargaan Most Outstanding Development Officer ini.
Jika akhirnya pihak pemerintah daerah ataupun layanan publik seperti bandara dan lainnya tergerak untuk memakai alat ini, STMIK Primakara mengaku siap untuk memproduksi dalam jumlah banyak sesuai kebutuhan.
"Kami memang menyiapkan ini kalau misalnya pihak pemda dan bandara atau apa yang lainnya yang membutuhkan silahkan.
Kami siap kalau menang dibutuhkan untuk memproduksi lanjutannya," tutur Artana yang juga peraih The Best Development Officer dari JCI Asia Pacific Development Council ini.
Soal biaya produksi, Artana menyebutkan untuk menghasilkan satu alat gate penyemprotan desinfektan otomatis ini, biaya yang dihabiskan berkisar di angka Rp 6 juta hingga Rp 7 juta.
“Tapi kami agak kesulitan mencari perangkat IoT-nya dan harus pesan dulu dari Jakarta,” tutup Artana yang juga Founder Kampus Alfa Prima ini.(Artikel ini sudah tayang di Tribun Lampung.co.id dan Tribun Bali)