Kisah di Balik Berdirinya Masjid Istiqlal, Perdebatan antara Soekarno dan Hatta
Angka 12 ini diambil dari tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awwal. Sekaligus menandakan ada 12 bulan dalam setahun.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Masjid Istiqlal di Jakarta sedang direnovasi.
Masjid terbesar se-Asia Tenggara itu menyimpan sejarah panjang.
Bahkan sempat menimbulkan perdebatan dua pendiri bangsa, Soekarno dan Mohammad Hatta.
Seperti apa ceritanya?
Sejumlah pekerja tengah sibuk memoles dinding Masjid Istiqlal.
• Penjaga Masjid Istiqlal Ditodong Pistol Gara-gara Pisang, Akhirnya Jenderal Soeharto Minta Maaf
• Sejarah Masjid Istiqlal, Hasil Perjuangan Bung Karno yang Dibangun dengan Sandi Ketuhanan
• ASN Boleh ke Luar Negeri, WFH Diperpanjang hingga 29 Mei 2020
• Jenderal Positif Corona, Sehari Sebelumnya Irjen Supratman Sertijab di Mabes Polri Dipimpin Kapolri

Kubah Masjid Istiqlal memiliki ukuran berdiameter 45 meter.
Angka 45 melambangkan tahun 1945, tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Staf Protokol Masjid Istiqlal, Didi Hadian menceritakan, nama Istiqlal berasal dari bahasa Arab, yang artinya merdeka.
Nama merdeka tak lepas dari perjuangan bangsa Indonesia terlepas dari penjajahan.
"Sebagai manifestasi atas kemerdekaan. Bentuk rasa syukur maka dibuatlah Masjid Istiqlal," ujar Didi.
Ada 12 pilar yang menopang kubah di Masjid Istiqlal.
Angka 12 ini diambil dari tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awwal. Sekaligus menandakan ada 12 bulan dalam setahun.
Masjid Istiqlal terdiri dari 5 lantai, untuk menandai ada 5 poin dalam rukun Islam.
"Luas masjid 9,5 hektare. Berkapasitas 200 ribu jemaah kalau keadaan full dari lantai dasar, sampai 5 lantai ke atas," ujar Didi.
Perselisihan Soekarno dan Hatta
Ada kisah di balik sebelum pemancangan tiang pertama pada 24 Agustus 1961 lalu.
Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta sempat memiliki pendapat yang berbeda.
Soekarno ingin Masjid Istiqlal dibangun di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral, dan Jalan Veteran.
Sementara Hatta mengusulkan lokasi pembangunan masjid terletak di tengah-tengah umatnya, yaitu di Jalan Thamrin.

"Bung Hatta maunya di dekat Jalan Thamrin. Kenapa? Karena menghemat biaya, tanahnya sudah rata, dekat dengan permukiman muslim. Sedangkan kalau di sini harus meratakan benteng pertahanan Belanda," ujar Didi.
Perdebatan antara Soekarno dan Hatta berjalan demokratis dan saling menghormati pendapat satu sama lain.
"Sempat ada perselisihan. Perselisihan berkelas sangat demokratis," kata Didi.
Soekarno bersikeras karena ingin membangun Masjid Istiqlal di atas bekas benteng Belanda.
"Istiqlal dibangun di atas reruntuhan benteng pertahanan militer Belanda. Terdapat benteng militer citadel. Selain itu Soekarno ingin Masjid Istiqlal dibangun dekat dengan Geteja Katedral. Simbol nyata toleransi antarumat beragama," imbuh Didi. (tribun network/denis)