Kapal Dirompak Terdampar di Tuba
Kapal Asal Australia yang Terdampar di Perairan Tuba Sempat Terombang-ambing Selama 5 Hari
kapal hoopla terombang ambing hingga ditemukan oleh pihak berwajib pada Senin 25 Mei 2020 di Perairan Tulangbawang.
Penulis: hanif mustafa | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Kapal layar berbendera Australia jadi yang diduga jadi korban perompakan, ternyata sempat terombang-ambing selama lima hari di perairan Tulangbawang,
Informasi yang dihimpun, kapal layar berjenis yacht bernama Hoopla milik warga negara asing (WNA) Australia menjadi korban perampasan pada Jumat 22 Mei 2020, sekira pukul 24.00 wib.
Kapal yang hanya berawak satu orang dan juga pemilik kapal Kadeus Nobisqi (70) warga Australia dirampok sekitar perairan Ogan Komering Ilir (OKI) Provinsi Sumatera Selatan.
Setelah menjadi korban pencurian dengan kekerasan, kapal hoopla terombang ambing hingga ditemukan oleh pihak berwajib pada Senin 25 Mei 2020 di Perairan Tulangbawang.
Saat dikonfirmasi, Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad membenarkan peristiwa tersebut.
• Kisah Pilu ABK Indonesia Disiksa di Kapal, Mayatnya Dibiarkan Beku di Freezer Ikan
• Kapolres Lampung Selatan Bagikan Sembako Pakai Kapal Polair
• UPDATE Corona di Lampung 27 Mei, Positif Corona 118 Kasus, 10 Meninggal, 48 Sembuh
• H+3 Lebaran 2020, Terminal Rajabasa Masih Sepi Aktivitas
"Benar, aksi pencurian di sekitar perairan OKI Sumatera Selatan," ungkapnya, Rabu 27 Mei 2020.
Kata Pandra, korban sempat memencet sinyal EPIRB atau Emergency Positioning Indicating Record Beacon untuk meminta bantuan.
"Namun karena peralatan elektronik, beserta genset dibawa kawanan pencuri maka, alat tersebut mati," ujarnya.
Pandra menambahkan kapal WNA tersebut terombang-ambing hingga di perairan Kuala Teladas Tulang Bawang.
"Korban saat ini dalam kondisi baik dan tidak mengalami luka, saat ini masih diatas kapal dan kami suplai bahan pokok makanan," tandasnya.
Kapal Yacht yang dinahkodai Mr Nowicki Tadeusz asal Australia terdampar di perairan Kuala Teladas, Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulangbawang.
Kapal tersebut diduga korban kejahatan perompak yang menjarah barang berharga di dalam kapal ketika tengah berlayar dari Australia Jakarta.
Kasat Polairud Tulangbawang Ipda Iwan, membenarkan penemuan kapal tersebut di perairan Tulangbawang.
Iwan menduga, perompakan kapal tersebut terjadi di laut Sibur Tanjung Manjangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan.
Usai dibajak, kapal tersebut terombang ambing di laut dan terdampar sampai masuk perairan Kuala Teladas Tulangbawang.
"Kapal itu terdampar, kanyut terbawa gelombang sampai di perairan Tuba. Kemudian di ketemukan Anggotq Satuan Polair Tuba. Sekarang di amankan di depan pol Pos Airud kuala teladas," kata Ipda Iwan yang dikonfirmasi Tribunlampung.co.id, Rabu (27/05/2020).
Saat ditemukan terdampar, kapal tersebut dalam kondisi ada trouble pada salah satu engine.
"Logistik awak kapal juga dalam kondisi kurang. Untung kepala desa setempat mau membantu logisitk, namun tetap sesuai protokol covid-19," papar Iwan.
Informasi yang didapat Tribunlampung.co.id, usai menerima informasi adanya kapal terdampar di perairan Kuala Teladas, tim dari Kansar Lampung bergerak menuju posisi Kapal Hoopla.
Tim Kansar Lampung, personil Pos Polairud Kuala Teladas bersama Perangkat Desa berangkat menuju Kapal Hoopla menggunakan Kapal nelayan.
Tim tiba di Kapal Hoopla, dan langsung berkomunikasi dengan Nahkoda Kapal Mr. Tadeusz N.
Dari keterangan yang diterima dari Mr. Tadeusz N, dinyatakan benar telah terjadi penjarahan pada kapal tersebut oleh perompak.
Adapun barang- barang yang diketahui hilang diantaranya, EPIRB, ATM, Alat navigasi, Radio komunikasi, HP, Alat masak, Kemudi Kapal, Starter Engine Kapal, Paspord, dan Uang $700 Singapore.
Selain itu, juga telah terjadi kerusakan pada jaring elektrikal kapal karena kabel yang di potong oleh para perompak.
Kapal tersebut sampai di perairan Kuala Teladas dengan cara menyusuri pinggir pesisir dengan kemudi manual.
Kapal tersebut terhenti dan terdampar di perairan Kuala Teladas lantaran stok BBM yang menipis.
Selain itu, stok makanan nahkoda kapal juga habis
Nahkoda berniat mlanjutkan perjalanan ke Jakarta untuk menjual kapal tersebut dan kembali ke Australia.
Pengakuan ABK Kapal, Jenazah Teman Disimpan di Lemari Pendingin Ikan Sebelum Dibuang
Sebelumnya, ada video viral pembuangan jenazah ABK Indonesia oleh kapal China Long Xing 629.
Kini, cerita lain dikisahkan oleh mantan ABK kapal purse seine atau pukat cincin Fu Yuan Yu 1218.
Mashuri, seorang mantan ABK yang mengaku mengalami perbudakan di atas kapal tersebut.
Bahkan, karena siksaan itu, seorang ABK meninggal dunia.
Mashuri menyaksikan sendiri bagaimana mayat sang teman disimpan di pendingin ikan selama satu bulan sebelum akhirnya dibuang ke laut.
Setidaknya 6 bulan lamanya, ia dan teman-temannya hidup dalam belenggu perbudakan.
Hingga tiba pada hari di mana mereka memutuskan lompat ke laut lantaran tak lagi kuat menerima siksaan.
Bagaimana kisah Mashuri selengkapnya?
1. Dikerjai Agen Gadungan
Bareskrim Polri rilis tiga tersangka dugaan TPPO pada 14 Anak Buah Kapal (ABK) Long Xing 629.
Dikutip TribunMataram.com dari Kompas,com, Mashuri dan teman-temannya disalurkan oleh agen PT Mandiri Tunggal Bahari (MTB) yang berlokasi di Tegal, Jawa Tengah.
MTB adalah perusahaan sama yang menyalurkan Herdianto, ABK Indonesia yang meninggal dan dilarung di laut Somalia oleh kapal berbendera China bernama Luqing Yuan Yu 623.
Kepolisian Daerah Jawa Tengah menyatakan pada Selasa (19/5/2020) telah menetapkan MH dan S dari agen MTB sebagai tersangka. Keduanya berasal dari Tegal.
Serikat Buruh Migran Indonesia mengatakan, perbudakan ABK Indonesia disebabkan oleh karut-marutnya tata kelola aturan perekrutan, pelatihan, dan penempatan pelaut perikanan Indonesia, sehingga menjamurnya agen-agen pengiriman "gadungan".

2. Curiga Biaya Gratis, Cuma Makan & Tidur
Seusai tamat SMA, ia mendapatkan informasi bekerja sebagai ABK kapal ikan di luar negeri.
Gratis, tidak ada biaya apa pun yang perlu dikeluarkan, bahkan mendapat bayaran dengan dollar Amerika.
Ia pun tertarik, dan mendapatkan kontak pihak MTB.
Tamatan SMK ini tiba di Tegal pada 15 Agustus tahun lalu.
Ia tinggal di penampungan para pencari kerja dari seluruh Indonesia yang disediakan MTB.
Di angkatannya terdapat 20 orang.
Melewati beberapa hari dengan berdiam diri, akhirnya ia dan temannya pergi ke Cirebon untuk mengikuti pelatihan dasar keselamatan dan mendapatkan buku pelaut.
Kemudian, mereka kembali ke penampungan tersebut, menunggu lebih dari satu bulan.
Aktivitas mereka hanya makan dan tidur, tidak ada pelatihan dasar perikanan.
"Lalu buat paspor dua hari, tes kesehatan dan langsung berangkat ke Singapura.
Dari PT aku ada 20 orang, banyak juga dari PT yang lain. Ada ratusan anak yang berangkat ke Singapura," katanya.
3. Bersujud Minta Mayat Teman Tak Dibuang
Sebuah tangkapan layar dari video yang dipublikasikan media Korea Selatan MBC memperlihatkan, seorang awak kapal tengah menggoyang sesuatu seperti dupa di depan kotak yang sudah dibungkus kain berwarna oranye.
Disebutkan bahwa kotak tersebut merupakan jenazah ABK asal Indonesia yang dibuang ke tengah laut oleh kapal asal China.
Ia dan empat WNI lainnya menuju laut di kawasan Timur Tengah untuk menangkap ikan pada September 2019.
"Kami kepala dipukul, ditendang, disiksa.
Tidur paling mentok cuma 3-4 jam."
"Teman kami ada yang sakit dan tidak dirawat, tapi masih disuruh kerja, akhirnya meninggal.
Lalu disimpan di freezer (tempat pendingin ikan) selama satu bulan.
Setelah itu dibuang ke tengah laut.
"Katanya pertama dibilang pakai bahasa isyarat mau dibawa ke Singapura, tapi ternyata dibuang.
Kami lihat pakai mata kepala sendiri.
Kami menangis, sujud-sujud jangan dibuang.
Tapi, kaptennya marah-marah dan tetap membuang teman kami," demikian pengakuan ABK ini.
4. Lompat ke Laut Berbekal Gabus Penyimpan Ikan
Sejak kejadian itu, ia dan ketiga temannya mencoba tetap sehat dan bertahan.
Mereka tidak melawan saat perbudakan dilakukan.
Sampailah pada hari ketika kapal tiba di sekitar Selat Malaka.
Menyadari wilayahnya dekat dengan Indonesia, mereka mulai berontak melawan anggota kapal yang mayoritas dari China, sekitar 15 orang.
"Melawan kita, terjadi pertumpahan darah.
Mereka mengeroyok dan kita kalah, bonyok-bonyok, sempat ada pukulan senjata tajam juga.
Di situ kami berpikir untuk lompat," katanya.
Akhirnya sekitar pukul 02.00 pagi saat semua anggota kapal tertidur, mereka menggunakan gabus tempat menyimpan ikan dan terjun ke laut.
5. Ditolong Kapal Filipina
"Jam satu siang ditolong kapal muat batu bara milik Filipina.
Lalu dibawa ke pihak Maritim Malaysia.
Lalu ditanya-tanya dan dibawa ke Kedutaan Indonesia di Johor, Malaysia, tanggal 8 April," katanya.
Mereka kemudian diurus dan dibiayai pemulangan oleh KBRI Malaysia ke kampung halaman masing-masing.
ABK ini pun tiba di kampung halamannya pada 12 April lalu.
Pengalaman perbudakan yang dialami membekas di benaknya.
Mulai dari penyiksaan, pelarungan temannya, hingga melompat dari kapal dan bertahan 12 jam terombang-ambing di lautan. (Tribunlampung.co.id/Hanif Mustafa/endra zulkarnain/Tribunmataram.com)