Bicara soal New Normal, Akademisi Unila: Saatnya Pemerintah Beri Insentif untuk Masyarakat

Nairobi menilai new normal perlu dilakukan mengingat kapasitas pemerintah juga terbatas untuk mengendalikan masyarakat dalam konteks ekonomi.

Penulis: ahmad robi ulzikri | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id/Ahmad Robi
Seorang pengunjung Mal Boemi Kedaton diperiksa suhu tubuh oleh petugas, Sabtu (30/5/2020). New normal menjadi solusi pemerintah dalam upaya menggerakkan roda ekonomi di tengah pandemi Covid-19 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Sebuah tatanan baru (new normal) menjadi solusi pemerintah dalam upaya menggerakkan roda ekonomi di tengah pandemi Covid-19 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Nairobi menilai, pemberlakuan new normal dengan mengaktifkan kembali sektor ekonomi merupakan hal yang berisiko namun tetap harus dilakukan.

“Kelihatannya ini mengambil risiko. Mungkin menggunakan prinsip no pain no gain. Tidak ada untung jika tidak ada usaha. Jadi tetap saja bermain dengan risiko. Semakin besar risiko, semakin besar penghasilan yang diperoleh,” terang Dekan FEB Unila ini kepada Tribunlampung.co.id, Senin (1/6/2020).

Kendati berisiko, Nairobi menilai new normal perlu dilakukan mengingat kapasitas pemerintah juga terbatas untuk mengendalikan masyarakat dalam konteks ekonomi.

“Saya pikir dulu pemerintah punya uang untuk mengendalikan masyarakat agar tetap di rumah, agar benar-benar clear baru membuka pasar,” jelasnya.

Siap Terapkan New Normal, Pemkot Metro Uji Coba 1 Bulan

Syarat Daerah Bisa Berlakukan New Normal, Kasus Covid-19 Turun 50 Persen hingga Faskes Memadai

Kontak dengan Pasien Covid-19, 989 Warga Lampung Selatan Rapid Test

6 Tenaga Medis di Bandar Lampung Terpapar Covid-19

“Tapi sekarang kelihatanya kalau tidak dilakukan seperti saat ini akan semakin sulit. Karena kalau pemerintah melarang juga tidak bisa menjamin. Saya pikir harus secepatnya jika kondisi seperti saat ini,” sambungnya.

Menurut Nairobi, pariwisata sebagai salah sektor penggerak ekonomi terpenting bagi masyarakat, khususnya di Lampung.

“Tentu saja pariwisata itu daya dongkrak terhadap multiplier masyarakat cukup tinggi pendapatan sektor itu. Ketika orang bergerak dia akan mengalokasikan uangnya di berbagai tempat,” terangnya.

“Contohnya (warga) dari Palembang berwisata ke Lampung. Itu kan banyak titik yang dapat memberikan manfaat terhadap pendapatan daerah,” sambungnya seraya mengaku lebih nyaman menggunakan istilah kondisi baru daripada new normal.

“Sekarang tinggal membangkitkan lagi kesadaran, seperti penggunaan masker sesuai standar dalam kondisi yang akan datang. Saya tidak ingin menyebut dengan new normal, tetapi kondisi baru,” paparnya.

“Kalau normal itu relatif. Tetapi kalau kondisi baru, artinya perilaku harus berubah mengikuti kondisi sekarang. Kalau dulu bekerja tidak menggunakan masker, dulu lupa mencuci tangan, sekarang harus menggunakan masker dan rajin mencuci tangan,” sambungnya. 

Dalam kondisi ini Nairobi menilai, saatnya pemerintah lebih menyiapkan fasilitas kesehatan terbaik kepada masyarakat.

“Masyarakat sudah bekerja sesuai dengan profesi. Tinggal pemerintah menyiapkan peralatan medis yang lebih baik,” terangnya.

“Bagaimanapun, penularan kan tetap berjalan. Pemerintah perlu mengambil tindakan. Sekarang perkiraan korban (virus corona) dapat dihitung. Tinggal pemerintah menyiapkan layanan kesehatan lebih baik,” ungkapnya.

Tidak hanya layanan kesehatan, harga bahan bakar minyak sebagai aspek penting mobilitas masyarakat juga mesti menjadi perhatian pemerintah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved