Hadapi China, AS Kerahkan Pesawat Pembom B-1B di Laut China Selatan
Eksalasinya pun agaknya sudah tak lagi hanya melibatkan matra laut dengan armada tempur kapal perang masing-masing negara.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok di kawasan Laut China Selatan, agaknya kian panas saja.
Di wilayah perairan yang dekat dengan negara-negara Asia Tenggara, seperti Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Indonesia itu, unjuk kekuatan antara militer China dan militer Amerika Serikat kerap terjadi.
Eksalasinya pun agaknya sudah tak lagi hanya melibatkan matra laut dengan armada tempur kapal perang masing-masing negara.
Seperti baru-baru ini, adalah militer Amerika Serikat yang membawa serta kekuatan udaranya di wilayah Laut China Selatan.
• Detik-detik Pemotor Tewas Mengerikan Akibat Benang Layangan
• Bripka Polisi Tembak Diri Sendiri Depan Sang Adik
• Deretan Jenderal Polisi Calon Kapolri Versi IPW, Ada 3 Geng Kuat
• Ashanty Disebut Anang Hermansyah Genit
Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) sekarang menerbangkan pesawat pembom strategis B-1B di kawasan ini.
Tak hanya itu, negera berjuluk Negeri Paman Sam itu juga menerbangkan pesawat mata-mata Global Hawk di atas Laut China Selatan dan area lain di Pasifik.
Penerbangan pesawat ini adalah sebagai strategi yang lebih luas dalam mempertahankan misi pengawasan dan pencegahan di wilayah tersebut, menyusul meningkatnya ketegangan AS dengan China.
Laut China Selatan sendiri memang menjadi wilayah 'panas'.
Vietnam pernah terlibat sengketa dengan China dalam perebutan wilayah di kepulauan Spratly, di mana eskalasi militer kedua negara membuat keduanya terlibat pertempuran pada 1979 silam.
China juga bermasalah dengan negara Asia Tenggara lainnya, Filipina, dalam klaim wilayah terhadap kepulauan Paracel.
Tak kurang dari itu, Malaysia dan Indonesia juga kena imbasnya lantaran aksi sepihak China yang mengkalim nyaris seluruh kawasan Laut China Selatan sebagai wilayah kekuasaanya.
Mengutip Kontan.co.id yang melansirnya dri Foxnews, pada Kamis (11/6/2020) lalu, Angkatan Udara Amerika Serikat, US Air Force (USAF) menerbangkan pesawat pembom strategis B-1B di wilayah ini.
Pesawat yang mampu membawa bom nuklir ini diterbangkan dari Guam dalam mendukung Komando Indo-Pasifik dan secara khusus menjalankan misi di Laut China Selatan.
Pada waktu yang sama, Angkatan Udara AS juga menerbangkan drone global Hawk ke pangkalan udara di Jepang yang disebut Yokota.
Ini merupakan sebuah langkah yang semakin meningkatkan kehadiran militer AS di wilayah tersebut.
Misi ini dinilai menjadi misi urgensi terbaru AS mengingat munculnya laporan bahwa China telah melakukan aksi militer di wilayah tersebut dengan mengerahkan dua kapal induknya.
Latihan kapal induk China di wilayah tersebut telah meningkatkan kegelisahan Taiwan bahwa mereka kemungkinan akan diinvasi China.
Drone Global Hawk, bersama dengan Angkatan Laut AS yang berbasis di Guam, telah direkayasa dengan alogaritma canggih yang dapat menghadirkan otonomi tingkat baru.
Dengan demikian, pesawat ini secara mandiri dapat melakukan penyesuaian dengan keadaan dalam satu waktu.
Sehingga memungkinkan komandan AS untuk meningkatkan dan memperluas ruang lingkup misi mereka di wilayah tersebut dan mungkin memberikan keamanan di wilayah tersebut.
Pesawat pembom B-1B
Pesawat pembom B-1B dikenal sebagai satu di antara bomber strategis jarak jauh yang dimiliki Amerika Serikat.
Satu di antara kemampuan istimewa yang dimiliki oleh bomber B-1B yang bergelar 'Backbone' ini adalah bisa kemampuannya menjadi pembom nuklir.
Pesawat ini lahir dari program strategis untuk otonomi udara yang lebih besar.
Selain itu Amerika juga punya program teknis yang memungkinkan drone untuk membentuk jaringan "mesh" dengan lebih baik melalui node udara dan darat untuk melakukan berbagai fungsi yang lebih luas tanpa perlu dikoordinasikan oleh pembuat keputusan manusia berbasis darat.
Pada pesawat mata-mata Global Hawk, sistem yang disebut Distributed Autonomy Responsive Control (DARC) ini, kini dikembangkan oleh Northrop yang berupaya untuk mendistribusikan tindakan otonomi yang lebih besar ke dalam pesawat itu sendiri.
"Daripada menerbangkannya, katakan saja apa efek yang Anda inginkan di suatu daerah," Scott Winship, wakil presiden, Northrop, mengatakan kepada Warrior dalam sebuah wawancara.
Misalnya, Global Hawk dapat memanfaatkan kecepatan pemrosesan di atas kapal untuk mengumpulkan, mengatur, dan menganalisis sejumlah besar data ISR (Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian).
Seperti umpan video, menentukan relevansi informasi spesifik, dan mentransmisikan data yang disederhanakan ke keputusan manusia. pembuat.
Aset pengawasan udara jaringan yang lebih baik dapat menawarkan cara lain untuk mengatasi tantangan geografis yang disajikan oleh Pasifik, dengan memungkinkan drone untuk bertukar data yang sangat relevan di seluruh wilayah operasi yang berbeda.
Materi di artikel ini juga telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Angkatan Udara AS terbangkan pesawat mata-mata dan Pembom B-1B di Laut China Selatan