Berita Nasional

Siswi Pemegang 700 Piala tak Diterima PPDB, Disdik DKI Jelaskan Penyebabnya

Siswi berprestasi itu tidak diterima di SMA negeri di DKI Jakarta pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2020/2021.

Editor: wakos reza gautama
Warta Kota
Aristawidya Maheswari 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Nasib malang dialami Aristawidya Maheswari (15).

Siswi berprestasi itu tidak diterima di SMA negeri di DKI Jakarta pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2020/2021.

Padahal Aristawidya adalah pemegang 700 piala alumni SMPN 92 Jakarta. 

Dinas Pendidikan DKI Jakarta memberikan penjelasan mengenai tak diterimanya Aristawidya Maheswari di SMA mana pun pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2020/2021.

Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Syaefuloh Hidayat menjelaskan Arista memang mengikuti beberapa jalur pada PPDB tahun ini.

Pertama, Arista mendaftar jalur afirmasi pada tanggal 19 Juni. Ia memilih SMA 12, SMA 6, dan SMA 121 namun belum berhasil diterima karena kalah dari segi usia.

Tak Terima Anaknya Tak Lolos PPDB 2020, Mobil Kadisdik Dicegat Ratusan Wali Murid

Pemerintah Umumkan Dana Pensiunan ASN Golongan I hingga IV, Ini Rinciannya Sesuai PP 18 Tahun 2019

4 Hari Gak Pulang ke Rumah, Istri Grebek Suami Bersama Perempuan Cantik di Sebuah Kosan Elit

Sudah Tiru Gaya Jokowi Blusukan, Rian Ernest Mundur di Pilkada Batam, Target Kumpulkan KTP Gagal

"Seleksinya yang pertama adalah memenuhi kriteria afirmasi. Seleksi kedua memang kita menggunakan usia. Memang Arista ini usianya 15 tahun 8 bulan 2 hari pada saat PPDB," ucap Syaefuloh saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/7/2020).

Kemudian Arista juga mengikuti jalur zonasi pada tanggal 26 Juni.

Dia mendaftar di SMA 36, 59, dan SMA 53. Namun juga belum lolos.

"Kemudian memang ikut juga jalur prestasi akademis yang menggunakan nilai rapor. Nilai Arista ini 7.763 daftar di SMA 12 dan 21 sementara di SMA 12 itu nilai paling rendah nya 8.265 dan SMA 21 paling rendahnya 8.486," kata dia.

Selanjutnya Arista juga mencoba jalur prestasi non akademis.

Meski memiliki prestasi yang sangat banyak, namun Syaefuloh mengklaim bahwa Arista tak diterima lantaran prestasi tertinggi dalam bidang seni rupa adalah kejuaraan tingkat kotamadya.

Sementara ketentuan Disdik DKI untuk jalur prestasi non akademik adalah untuk tingkat SMA haruslah pernah mendapatkan juara tingkat provinsi, nasional, dan internasional.

"Sehingga yang bersangkutan tidak dapat. Memang prestasinya banyak, juaranya banyak, sertifikatnya banyak, hanya yang tertingginya baru tingkat Wali Kota. sementara yang lain-lain itu yang lain para pesaingnya adalah tingkat nasional, tingkat internasional, sama tingkat DKI," ujar dia.

Arista sendiri sempat mengungkapkan bahwa dia pernah meraih, antara lain Juara III Lomba Cipta Seni Pelajar tingkat nasional dan Juara I Festival Lomba Kementerian Perhubungan.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved