Pegang Rahasia yang Bisa Lemahkan Putra Mahkota Arab, Mantan Mata-mata Ini Diburu Pembunuh Bayaran
Pengaduan hukum mengklaim bahwa "kelompok tentara bayaran pribadi" yang disebut "Pasukan Harimau" melakukan perjalanan ke Kanada - tempat Dr Aljabri t
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Masih ingat dengan kasus kematian Jamal Khashoggi?
Jamal Khashoggi merupakan jurnalis Arab Saudi yang dilaporkan hilang karena tidak pernah keluar dari Kedutaan Besar Arab Saudi di Istambul, Turki pada 2 Oktober 2018 lalu.
Setelah dilakukan penyelidikan, nama Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, muncul ke permukaan.
Ada dugaan dia menyuruh orang untuk membunuh Khashoggi.
Namun hingga kini kasus tersebut tidak terkonfirmasi.
Nah, kali ini Putra Mahkota Arab Saudi itu kembali tersandung skandal.
Di mana seorang mantan mata-mata mengklaim bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah mengirim 50 r egu pembunuh bayaran untuk membunuhnya.
Kejadian itu bahkan hanya beberapa hari setelah pembunuhan Jamal Khashoggi.
Nama mantan mata-mata itu adalah Dr Saad Aljabri.
TONTON JUGA
• Penyebab Raja Salman Dilarikan ke Rumah Sakit
• Raja Salman Diungsikan ke Pulau, 150 Anggota Keluarga Kerajaan Arab Terinfeksi Corona
• 150 Bangsawan Arab Saudi Positif Corona, Raja Salman Mengasingkan Diri
• Raja Salman Setuju Lockdown Riyadh, Mekkah, dan Madinah, Pasca 2 Orang Meninggal akibat Virus Corona
Dilansir dari mirror.co.uk pada Sabtu (8/8/2020), Dr Saad Aljabri menuduh bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman menggunakan "semua cara yang tersedia" untuk membawanya kembali ke Arab Saudi.
Dalam pesan WhatsApp, dia mengancam akan "mengambil tindakan yang akan berbahaya bagi Anda".
Dia telah mengajukan kasus hukum di AS yang mengklaim bahwa pemimpin kedua Arab Saudi itu sangat ingin membunuhnya.
Bahkan mengklaim Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengirim pembunuh setelah dia menolak untuk kembali.
Pengaduan hukum mengklaim bahwa "kelompok tentara bayaran pribadi" yang disebut "Pasukan Harimau" melakukan perjalanan ke Kanada - tempat Dr Aljabri tinggal pada tahun 2017 - dipersenjatai dengan "dua kantong alat forensik".