Berita Nasional
Diskors Kampus karena Dituding Terlibat OPM, Mahasiswa Unnes Bela Papua Demi Kemanusiaan
Frans Napitu, mahasiswa Unnes dijatukan sanksi skors karena diduga terlibat dalam gerakan OPM
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, SEMARANG - Universitas Negeri Semarang (Unnes) menskors mahasiswanya Frans Josua Napitu.
Skors tersebut berupa pengembalian Frans ke orangtuanya selama enam bulan.
Skors dijatuhkan karena Frans Josua Napitu dianggap terlibat dalam gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Bagi Frans keputusan Dekan Fakultas Hukum terkait pengembalian pembinaan moral karakter dirinya kepada orangtua dinilai tidak masuk akal.
Keputusan Dekan itu disampaikan melalui surat yang dikirimkan kepada orangtua Frans pasca pelaporan kasus dugaan korupsi Rektor kepada KPK RI yang dilakukan pada Jumat (13/11/2020).
Dalam surat tersebut, Frans juga dianggap terlibat dalam sebuah gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Atas keputusan Dekan tersebut, Frans mengaku kecewa karena dugaan keterlibatan OPM dalam surat keputusan tersebut tidak berdasar.
Baca juga: Mahasiswa Pelapor Rektor Unnes ke KPK Dikembalikan ke Orangtua, Wakil Ketua KPK Bereaksi
Baca juga: Dedek 6 Kali Ditikam hingga Tewas, 6 Jam Kemudian Dikubur 4 Pelaku di Kebun Karet
"Alasan terkait keterlibatan OPM yang ditampilkan dalam surat tersebut tidak masuk akal, tidak rasional dan cenderung diada-adakan. Soal saya merupakan simpatisan OPM itu tuduhan tak berdasar dan bisa jadi fitnah yang bias dampaknya. Karena saya tidak pernah dibuktikan menjadi simpatisan OPM," jelasnya saat dihubungi, Selasa (17/11/2020).
Frans mengakui sebelumnya pernah mengikuti aksi demonstrasi menolak tindakan rasisme yang terjadi kepada warga Papua bersama Semarang Raya.
"Saya memang cukup terlibat aktif dalam BEM. Pernah mengikuti aksi menolak rasisme bersama temen temen Papua, ada organisasi sipil, dan BEM. Intinya kita menolak rasisme terhadap teman Papua. Kepentingan saya soal Papua berhenti soal kemanusiaan," ucapnya.
Frans menyuarakan penolakan terhadap diskriminasi yang dialami rakyat Papua karena sebatas ingin menjunjung nilai kemanusiaan.
"Saya tidak terima sesama manusia dari Papua direndahkan dilabeli monyet. Tidak terima mereka dianggap bukan sebagai manusia seperti kita biasanya. Juga soal demokrasi pasca aksi rasisme ada beberapa mahasiswa dikriminalisasi. Saya hampir tidak ada kaitannya dengan gerakan politik OPM. Jadi tidak berdasar dan tidak masuk akal," tambahnya.
Kendati demikian, Frans mengaku akan menghadapi keputusan tersebut dengan hati gembira.
Dia menyatakan siap menempuh jalur ligitasi dan non litigasi serta fokus pada substansi.
"Yang pasti saya akan hadapi dengan bahagia. Karena saya yakin saya berdiri di jalan yang benar. Saya tidak akan gentar menghadapi itu. Ke depan gerakan litigasi dan non litigasi akan saya tempuh. Kami juga akan menuntut SK skorsing saya dicabut dan fokus pada substansi yang ada," katanya.
