Bandar Lampung
Cerita Anak-anak Rumah Baca Bandar Lampung, Tetap Semangat Belajar meski Cium Bau Sampah
Anak-anak di sekitaran TPA Bakung, Telukbetung Barat ini begitu menikmati suasana belajar di Rumah Baca yang dibuka sepekan sekali itu.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Daniel Tri Hardanto
Ia ingin terus sekolah tinggi dan banyak belajar agar bisa memperbaiki kondisi ekonomi orangtua.
Itu jugalah yang memotivasinya semakin rajin belajar di Rumah Baca.
"Saya sangat sedih ngeliat keadaan orangtua. Kalau hari hujan harus tetap memulung biar dapat barang. Biar kami anaknya tetap bersekolah," papar dia.
Bocah 4 tahun yang juga rajin datang ke Rumah Baca adalah Rere. Saat ditanya mengapa suka berkunjung ke Rumah Baca, belia polos ini mengaku senang memiliki banyak teman.
"Seneng temennya banyak. Belajar bareng sambil mainan," tuturnya lagi.

Salah satu pengurus Komunitas Jendela Lampung Audina Rizky Agustin membeberkan, komunitas ini memang bergerak di bidang pendidikan khususnya literasi yang telah berdiri sejak November 2014 lalu.
"Kalau ditanya kenapa memilih kawasan TPA Bakung, karena di sana kami melihat masih jauh dari akses pendidikan yang layak dengan minat baca yang kurang," tutur Audi.
Audi menceritakan, awalnya anggota komunitas bersama volunteer harus menjemput anak-anak dari rumah ke rumah untuk diajak ke Rumah Baca yang awalnya berada di TPA Bakung.
Seiring waktu, anak-anak di sekitaran TPA menjadi memiliki minat baca sendiri dan datang tanpa dijemput lagi untuk berkunjung ke Rumah Baca.
"Mereka sekarang makin antusias. Tiap Rumah Baca buka setidaknya ada 50 anak yang datang dengan berbagai usia," terangnya.
Untuk anak usia kelas nol (usia 3 sampai 5 tahun) atau belum sekolah beraktivitasnya di teras Rumah Baca. Sementara lainnya yang kelas 1-3 ada di dalam ruangan.
Anak kelas nol akan diajari mengenal huruf dan angka juga belajar menulis dalam sesi belajar formal.
"Kalau pas informalnya diajak praktek atau membuat prakarya. Misal buat bunga dari pipet, membuat celengan dari barang bekas, dan lainnya," urai lulusan FMIPA Unila itu.
Untuk yang kelas 1-3 atau pelajar bisa juga sharing pelajaran. Lalu praktik pelajaran tertentu menggunakan alat atau cairan tertentu dan lainnya.
"Untuk informalnya biasanya games pakai bahasa Inggris. Jadi selain membaca sendiri juga dapat ilmu terkait pelajaran," tuturnya.