Bandar Lampung

Kisah Mantan Lurah di Negeri Olok Gading 25 Tahun Berjuang Lestarikan Tari Bedana Lampung

Ia berusaha mempertahankan kemurnian tari asli Bedana melalui sanggar Seni Budaya Lampung Angon Saka yang diwariskan oleh orangtuanya.

Penulis: hanif mustafa | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Hanif
Syarifuddin Khaja Bangsawan berada di ruang peralatan alat musik tradisional. Kisah Mantan Lurah di Negeri Olok Gading 25 Tahun Berjuang Lestarikan Tari Bedana Lampung 

Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Hanif Mustafa

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Irama petikan gambus lunik terdengar sangat jelas dari rumah belakang SD Negeri I Olok Gading Telukbetung Barat Kota Bandar Lampung.

Suara rintikan hujan pun turut mengiringi lantunan alat musik khas Lampung yang tengah dimainkan oleh seorang budayawan Lampung, Syarifuddin Khaja Bangsawan.

Dari ruangan empat kali dua meter lengkap dengan peralatan mudik tradisional Lampung, Syarifuddin Khaja Bangsawan tengah berlatih gambus lunik untuk mengiringi tari asli Bedana Lampung.

Meski sudah menginjak umur berkepala enam puluh, Syarifuddin Khaja Bangsawan mengaku masih terus mengasah kemampuannya memainkan alat musik berdawai empat ini.

Baca juga: Kepala BPKAD Tulangbawang Hobi Koleksi Kain Tapis Tua, Bentuk Pelestarian Budaya Lampung

Baca juga: Prakiraan Cuaca Lampung Hari Ini Senin 4 Januari 2021, Siang hingga Sore Potensi Hujan

"Agar tidak terlalu lupa," ungkapnya saat ditemui di rumahnya Jalan Dr Setia Budi Kelurahan Negeri Olok Gading, Telukbetung Barat, Minggu (3/1/2021).

Sembari memainkan gambus lunik, Syarifuddin Khaja Bangsawan mengaku sudah 25 tahun berjuang melestarikan tarian asli Bedana Lampung.

Ia berusaha mempertahankan kemurnian tari asli Bedana melalui sanggar Seni Budaya Lampung Angon Saka yang diwariskan oleh orangtuanya.

"Sanggar ini sudah berdiri sejak lima puluh tahun lalu, tepatnya tahun 1968 didirikan oleh H Mansyur Toyib, Dahlan Hasan dan orang tua saya Iskandar Rais, semua sudah almarhum," ungkap mantan lurah Pewarta ini.

Lanjutnya, baru tahun 1968 ia memimpin sanggar Seni Budaya Lampung Angon Saka ini untuk mempertahankan seni budaya Lampung dalam bidang musik, sastra dan tari.

"Tapi di sini saya fokus terhadap tradisi tari Bedana," ujar pensiunan PNS ini.

Baca juga: 2 Dokter dan Perawat Meninggal Akibat Terinfeksi Covid di Lampung

Baca juga: Dijaga Ketat Pasukan Bersenjata, Vaksin Covid-19 Akhirnya Tiba di Lampung

Syarifuddin menuturkan tari asli Bedana lebih bernuansa islam.

"Sejarahnya untuk media menyebarkan agama Islam, makanya lagunya bernuansa Islam," sebut pria kelahiran 1959 ini.

Syarifuddin mengatakan tari asli Bedana hanya di tarikan oleh laki laki secara berpasangan atau berkelompok.

"Tidak ada cewek karena kami mengacu pada adat muhrim jadi kalaupun berpasangan sampai senam orang wajib laki-laki," terangnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved