Bandar Lampung
MKKS SMK di Lampung Siap Terapkan Program "Nikah Massal" dengan Dunia Industri
Program Nikah Massal adalah program kerja sama dunia industri dan SMK yang digagas Kementerian Pendidikan.
Penulis: Reni Ravita | Editor: Heribertus Sulis
Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Reni ravita
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Lampung siap menerapkan program "Nikah Massal".
Program Nikah Massal adalah program kerja sama dunia industri dan SMK yang digagas Kementerian Pendidikan.
Program Nikah Massal digelar sebagai wujud implementasi dari kebijakan Dirjen Diksi Kementerian Pendidikan.
Baca juga: Kado Rindu dari Arneta dan Anaknya yang Tak Pernah Sampai pada Suami di Pontianak
Baca juga: Sudah Dikepung Warga, Begal Bisa Melenggang Bebas Tunggangi Motor Penghuni Kos Putri
Ditemui di kantornya, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Lampung Edy Harjito menuturkan telah siap untuk menerapkan kebijakan nikah massal tersebut.
"Lampung siap. Kebijakan nikah massal ini kan baik untuk siswa, nantinya ketika sudah lulus dari SMK tidak kaget lagi dengan dunia industri," tutur Edy Selasa (12/1/2021).
Sekolah harus nikah dengan industri agar proporsinya seimbang. Nantinya SMK bisa membuat kurikulum sesuai dengan industrinya.
"Contohnya SMK perikanan harus mengajarkan sesuai dengan perusahan perikanan, ketika lulus tidak canggung, begtu juga jurusan lainnya seperti tata boga, multimedia dan lainnya," lanjut Edy.
Edy menjelaskan, saat ini sudah ada beberapa SMK di Lampung yang menerapkan nikah massal. Contohnya saja di SMK Negeri 1 Bandar Lampung.
"Nikah massal di SMK Negeri 1 Bandar Lampung ada kelas multimedia dengan Radar TV, kelas tata boga dengan Swiss Bell Hotel, Novotel, dan Bukit Randu, kelas akuntasi dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) Lampung, kelas animasi dengan Ventura Studio, kelas TKJ dengan Telkom, kelas pemasaran dengan Alfamart," jelasnya.
Edy juga menambahkan, nantinya SMK SMK di Lampung akan mengundang guru-guru tamu dari industri untuk mengajar ke sekolah-sekolah.
"Guru tamu atau praktisi industri suatu saat harus mengajar di sekolah, misalnya dari Bukit Randu kita panggil ke sekolah," tambah Edy.
(Tribunlampung.co.id/Reni ravita)