Peristiwa Kecelakaan
Kecelakaan Maut Beruntun di Semarang, Satu Orang Meninggal Dunia
Terjadi kecelakaan maut beruntun di Jalan Prof Hamka, tepatnya di depan McD dan jalan masuk Permata Puri, tanjakan Silayur, Ngaliyan, Kota Semarang.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Terjadi kecelakaan maut beruntun di Jalan Prof Hamka, tepatnya di depan McD dan jalan masuk Permata Puri, tanjakan Silayur, Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis (25/2/2021) petang.
Kecelakaan itu melibatkan satu truk tronton bermuatan aki yang terguling dan beberapa kendaraan lainnya.
Hingga pukul 21.00 WIB, truk berpelat B 9997 FQB masih dengan posisi terguling dan dipasang garis polisi.
Polisi masih berada di lokasi menyelidiki kejadian tersebut.
Baca juga: BREAKING NEWS Kabid di DLHD Tulangbawang Meninggal Dunia Pagi Ini Akibat Terpapar Covid-19
Baca juga: OTT KPK Terbaru, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah Ditangkap KPK
Dari penuturan Kasatlantas Polrestabes Semarang AKBP Sigit, truk tersebut terlibat kecelakaan dengan tiga mobil dan dua motor.
“Diketahui satu orang meninggal dunia, lainnya saat ini masih kami selidiki,” ujar Kompol Sigit di lokasi kejadian.
Saksikan video kecelakaan maut beruntun selengkapnya di sini:
Dari penuturan saksi mata, truk semula melaju dari arah Mijen menuju Jerakah.
“Tiba-tiba seperti kehilangan kendali, lalu terguling dan terkena kendaraan-kendaraan lain,” ujar Tri Sutrisno, petugas kemananan Perum Permata Puri yang juga saksi mata.
Diketahui korban meninggal dunia bernama Ari, seorang pemotor.
Baca juga: Apa Itu Energi Alternatif, Pengertian dan Jenis-Jenisnya
Baca juga: Dede Sunandar Dihina Istri Artis saat Jadi OB, Ketemu Lagi setelah Jadi Seleb di OVJ
“Mudah-mudahan tidak ada korban lagi, saat ini masih proses penyelidikan oleh kami,” pungkas Kompop Sigit.
Kecelakaan Beruntun di Tol Cikampek
Di hari yang sama, kecelakaan maut beruntun juga terjadi di Tol Jakarta Cikampek (Japek).
Dalam rekaman yang diunggah oleh akun instagram @dashcam_owners_indonesia memperlihatkan detik-detik tabrakan beruntun yang terjadi sekitar pukul 11.57 WIB.
Kecelakaan tersebut setidaknya melibatkan tujuh kendaraan.
Kejadian kecelakaan beruntun di jalan tol sudah sangan sering terjadi, bahkan tidak jarang yang menimbulkan korban jiwa.
Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, dalam kasus tabrakan beruntun, seringkali pengemudi yang sudah siap mengantisipasi tetap ikut terlibat kecelakaan karena ketidaksiapan pengemudi lain yang ada di belakangnya.
Atas dasar itu, pencegahan tabrakan beruntun harus dilakukan bersama-sama.
Menurut Jusri, hal pertama untuk mencegah terjadinya tabrakan beruntun adalah jangan melakukan perlambatan mendadak. Sebab tidak semua pengemudi siap mengantisipasi.
Pengemudi juga harus selalu siap dan tidak boleh kehilangan konsentrasi saat mengemudi terutama di jalan tol.
Jangan hanya mengantisipasi bahaya di depan, tapi juga di belakang.
“Jangan langsung rem, sebab belum tentu pengemudi kendaraan di belakang mampu melakukan hal serupa."
"Ada baiknya pengemudi melihat dulu kondisi di belakang sebelum melakukan tindakan."
"Sehingga, bisa saja keputusan mengerem tidak jadi dan keputusan yang lebih baik adalah menghindar karena adanya ancaman dari belakang,” ujar Jusri belum lama ini saat dihubungi Kompas.com.
Jusri kembali menegaskan, pengemudi sebaiknya selalu mengingat jarak aman ketika berkendara jarak aman antar kendaraan baik di depan maupun di belakang adalah 3 detik.
Cara ini bisa dilakukan dengan mengikuti kendaraan yang searah dan pastikaan kecepatan kendaraan kita sama dengan kendaraan yang ada di depan.
“Cari objek statis untuk tolak ukur yang ada di kiri atau kanan jalan, bisa berupa pohon, jembatan, atau patokan Kilometer (KM) jika sedang berada di jalan tol,” kata Jusri.
Setelah menentukan tolak ukur, dan kendaraan di depan sudah melewati batas tersebut, maka perhitungan mulai dilakukan.
Perhitungan dilakukan dengan cara menyebut satu per satu, satu per dua, satu per tiga, sampai kendaraan kita tepat melewati tolak ukur tersebut.
“Ketika hasil hitungan jarak dengan objek statis yang sudah ditentukan sesuai berarti kendaraan sudah berada di jarak aman,” kata Jusri.
Jusri menjelaskan, penyebutan detik sengaja dibuat dengan sedemikian rupa agar hasil yang didapatkan lebih akurat.
“Kemampuan persepsi manusia dalam melihat bahaya itu memerlukan waktu kurang lebih tiga detik."
"Mulai dari mata melihat, otak memproses, sampai menginjak rem itu waktunya kurang lebih satu detik."
"Sedangkan reaski mekanis berjalan saat rem diinjak, buster bekerja dorong minyak rem sampai kaliper, memiliki waktu kurang lebih setengah detik,” katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kecelakaan Beruntun di Tol Japek, Ingat Lagi Pentingnya Jaga Jarak
Baca juga: Pengakuan Korban Penipuan CPNS: Terjerat Utang Rp 200 Juta, Anak Gagal Jadi PNS
Baca juga: Kasus BCA Salah Transfer, Nasabah Tetap Dijebloskan Penjara meski Berusaha Kembalikan Uang
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Update Kecelakaan Beruntun di Tanjakan Silayur Ngaliyan Semarang, Ini Identitas 1 Korban Meninggal