Bandar Lampung
Aan Ibrahim-Layla Ninda Bantu Perekonomian saat Pandemi, Pekerjakan Ibu-ibu Jadi Perajin Sulam Usus
sebelum jadi pengrajin mereka terlebih dahulu diajari bagaimana menjadi perajin sulam usus dan tapis selama 3 bulan.
Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Reny Fitriani
Akhirnya Layla mengambil langkah, untuk berjaga-jaga mereka tidak bisa tepat deadline, Layla memberi mereka deadline lebih cepat dari waktu pengambilan sulam usus atau tapis oleh pelanggannya.
"Kalau saya kasih deadline lebih cepat, setidaknya kalau mereka lewat deadline jadi masih ada waktu mereka menyelesaikan, sebelum diambil pelanggan. Jadi pelanggan tidak kecewa," ujar Layla
Setelah selesai, baru mereka dibayar.
Sistem pembayaran mereka adalah per item tapis atau sulam usus yang mereka buat.
Besarnya bayaran tergantung beberapa hal seperti kualitas, motif, kepadatan, kerumitan, dan sebagainya.
Sama dengan Layla Ninda, Aan Ibrahim juga memperkerjakan ibu-ibu untuk menjadi pengrajin sulam ususnya.
Di Bandar Lampung ada 15 pengrajin yang dibawahi satu koordinator.
Ada juga pengrajin di Lampung Selatan, Tanggamus, dan Menggala.
"Tanggamus ada 2 koordinator, Lampung Selatan ada 4 koordinator, dan Menggala ada tiga koordinator yang masing-masing membawahi 25 pengrajin. Semua pengrajin adalah ibu-ibu," kata pria berusia 65 tahun itu.
Aan sengaja memperkerjakan ibu-ibu sebagai pengrajin, karena Aan ingin membantu ibu-ibu itu agar mendapatkan penghasilan lebih banyak dan perekonomian mereka pun akan menjadi lebih baik, terutama ditengah pandemi covid-19 saat ini.
Sebelum menjadi pengrajin, mereka dilatih selama 3-6 bulan.
Setelah itu baru mereka bisa bekerja sebagai pengrajin dengan upah yang disesuaikan dengan pekerjaannya.
Ibu-ibu itu tidak bekerja di galeri Aan.
Mereka bekerja di rumah masing-masing supaya mereka bisa sambil mengurus anak dan rumah.
Selama memperkerjakan mereka sebagai pengrajin, ada beberapa kendala yang dihadapi Aan.