Tanggamus
Kisah Pilu Pedagang Daging Sapi Dadakan di Tanggamus Lampung, Penjualan Turun karena Covid-19
Pada Idul Fitri 1442 Hijriah tahun ini, para pedagang daging dadakan di Pasar Gisting, Tanggamus, Lampung kembali gagal meraup keuntungan berlipat.
Penulis: Tri Yulianto | Editor: Daniel Tri Hardanto
"Makanya daripada modal sudah keluar banyak tapi jualannya sepi, mending tidak ikut dagang. Dan, mereka sudah tahu Lebaran sekarang jualan sepi," kata Sabar.
Hal sama dikatakan Natsir, pedagang daging lainnya.
Menurut dia, pedagang dadakan tidak seperti pedagang daging biasa.
Sebab, sapi yang sudah dipotong harus habis saat itu juga.
Mereka tidak punya freezer yang bisa menyimpan stok daging dalam jumlah banyak.
Maka biasanya pedagang daging sapi dadakan akan mengobral stok daging yang belum habis.
Itu dilakukan jelang sore hari saat puasa terakhir.
Harga obral biasanya berkisar Rp 60.000 sampai Rp 80.000 per kg atau setengah dari harga normal.
Mengobral adalah langkah terakhir daripada membawa pulang daging dagangan.
"Kalau bisa ya jangan diobral. Kalau kira-kira sudah mulai sepi, ya jangan motong lagi. Daripada nekat motong tapi akhirnya diobral," jelas Natsir.
"Sekarang ini kalau sudah habis ya sudah. Kalaupun mau jualan lagi, mending mengambil dagangan teman-teman lain daripada harus motong sapi lagi," imbuh Natsir.
Biasanya, kata Natsir, dua pedagang bisa memotong satu ekor sapi.
Itu bisa bertambah dua atau tiga ekor lagi.
Tapi untuk tahun ini tidak seperti itu.
Satu ekor sapi rata-rata hasil patungan tiga pedagang. ( Tribunlampung.co.id / Tri Yulianto )