Lampung Selatan

Idap Talasemia dan Leukemia, Bocah 2 Tahun di Lampung Selatan Butuh Uluran Tangan

Abhan Sultanul Alam, seorang bocah di Desa Kedaton, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, terlahir dalam kondisi mengidap talasemia mayor dan leukemia.

istimewa
Abhan Sultanul Alam, seorang bocah di Desa Kedaton, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, mengidap talasemia mayor dan leukemia. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNG SELATAN - Abhan Sultanul Alam, seorang bocah di Desa Kedaton, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, bernasib kurang beruntung.

Ia terlahir dalam kondisi mengidap talasemia mayor dan leukemia.

Abhan pun membutuhkan uluran tangan untuk sekadar bisa rutin melakukan transfusi darah.

Abhan kini berusia dua tahun.

Baca juga: Putuskan Mata Rantai Talasemia, POPTI Bandar Lampung Jembatani Pasien dan Fasilitas Kesehatan

Desi (30), ibu Abhan, menceritakan, anaknya sejak berusia delapan bulan telah divonis mengalami gizi buruk dan tuberkulosis.

Hal itu mengakibatkan tubuhnya lemah dan kurus kering.

"Tak beberapa lama usai divonis dua penyakit tersebut, ternyata dokter juga memvonis anak saya mengidap penyakit talasemia mayor," kata Desi dengan nada parau, Selasa (15/6/2021).

"Saat umur anak saya masih delapan bulan, dokter telah memvonis anak saya terkena gizi buruk. Setelah itu, anak saya divonis mengalami sakit TBC. Dan pada saat pemeriksaan terakhir, anak saya divonis mengalami talasemia mayor, juga leukemia," beber Desi.

Desi mengatakan, saat ini anaknya harus rutin melakukan transfusi darah.

Baca juga: Putuskan Mata Rantai Talasemia, POPTI Bandar Lampung Jembatani Pasien dan Fasilitas Kesehatan

"Iya, anak saya sekarang harus rutin transfusi darah. Karena penyakit talasemia mayor itu merupakan penyakit kelainan genetik yang merusak sel darah merah. Sehingga darah tidak dapat menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh dengan baik," jelasnya.

"Informasi yang saya terima dari rumah sakit, anak saya seumur hidup akan transfusi darah. Tergantung hemoglobinnya. Kalau hemoglobinnya rendah, anak saya bisa langsung lemas hingga terjatuh dan susah untuk berdiri kembali," imbuh wanita yang sehari-hari berjualan di kantin sekolah itu.

Dengan kondisi sekolah tidak ada kegiatan karena pandemi Covid-19, Desi pun bingung untuk mencari biaya pengobatan anaknya.

"Saya berharap ada donatur yang dapat membantu pengobatan anak saya. Karena Abhan ini anak laki-laki saya satu-satunya. Dia harus mengalami sakit begitu parah, terkena gizi buruk (stunting), talasemia mayor, dan ternyata terkena suspek leukemia juga. Secepatnya dokter akan melakukan pengecekan bone marrow puncture (BMP) atau aspirasi sumsum tulang, sehingga butuh biaya yang besar. Terlebih lagi saya sudah tidak bekerja," ungkapnya lirih.

"Alhamdulillah, selama ini masih ada donatur yang membantu. Seperti transportasi bolak-balik ke rumah sakit di Bandar Lampung ada relawan dari Kobar yang biasanya mengantar," sambungnya.

Desi mengungkapkan, biaya transfusi darah anaknya sudah ditanggung BPJS Kesehatan.

"Saya berharap ada donatur yang mau membantu penyembuhan anak saya. Jika ingin membantu donatur tersebut bisa menghubungi nomor saya (0857-8803-0700) atas nama Desi. Saya mohon bantuannya untuk penyembuhan anak saya. Saya percaya masih banyak orang baik yang ingin membantu kesembuhan anak saya," pungkasnya.

( Tribunlampung.co.id / Dominius Desmantri Barus )

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved