Tulangbawang

Petambak Dipasena Tulangbawang Beli Ekskavator Rp 1,6 Miliar, Idealnya Butuh 16 Unit

Satu unit ekskavator seharga Rp 1,6 miliar, telah tiba di tempat para petambak Dipasena di Tulangbawang.

Dokumentasi Petambak Dipasena
Ekskavator yang dibeli para petambak Dipasena di Kecamatan Rawajitu Timur, Tulangbawang. Mereka membeli satu unit ekskavator hasil swadaya petambak seharga Rp 1,6 miliar. 

Sebab, dengan luasan areal tambak itu, jumlah ideal ekskavator yang dibutuhkan untuk pengerukan tambak sekitar 16 unit.

Sementara, yang ada saat ini baru berjumlah tujuh unit ekskavator.

"Idealnya 16 unit dengan luasan 16.250 hektare tambak ini, yang kami punya baru tujuh."

"Lima ekskavator beli hasil swadaya petambak dan dua unit bantuan dari pemerintahan," ungkap Ari Suharso, petambak Dipasena kepada Tribun.

Selama ini, ekskavator yang ada digunakan secara bergantian oleh petambak untuk mengeruk lumpur yang ada di tambak.

"Jadi dengan luasan areal tambak kita, jumlah ekskavator yang ada masih kurang. Supaya maksimal mesti ada 16 unit," tambah Ari.

Dan dari jumlah 16.250 hektare areal tambak di Dipasena, saat ini baru 3.000 hektare yang sudah berjalan budidaya mandiri udang.

Dari jumlah 3.000 hektare yang sudah beroperasi, Ari mengatakan, kapasitas panennya sudah mencapainya 30 sampai 60 ton perhari.

"Sisanya masih status lahan HGU," pungkasnya.

Pendangkalan Saluran Irigasi

Petambak Dipasena di Kecamatan Rawajitu Timur, Tulangbawang, perlahan-lahan mulai membangkitkan kembali gairah budidaya udang di wilayah setempat.

Paskahengkangnya PT CPP dari Dipasena pada 2010 lalu, petambak di wilayah berikat itu mulai melakukan budidaya udang secara mandiri.

Meskipun saat ini wilayah Dipasena sudah mulai dialiri listrik PLN, namun upaya budidaya mandiri udang masih saja ada kendala.

Menurut Ari Suharso, petambak Dipasena, saat ini kendala yang dirasakan adalah adanya pendangkalan saluran irigasi tambak.

"Kendala kami sekarang infrastruktur pendangkalan saluran irigasi. Banyak lumpur yang minta untuk dilakukan pengerukan. Karena itu butuh ekskavator," kata Ari, Senin (21/6/2021).

"Kalau listrik PLN sih sudah 99 masuk ke areal tambak udang Dipasena," kata Ari

Meski listrik PLN sudah masuk, namun ia memastikan, perlu adanya pembenahan jaringan.

"Karena kalau musim hujan sering listrik padam. Soalnya jaringan PLN kan yang ngerjain kontraktor, jadi banyak yang nggak standar," pungkasnya. ( Tribunlampung.co.id / Endra Zulkarnain )

BACA BERITA Tulangbawang lainnya

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved