Bandar Lampung
Makam Patih Gajah Mada di Pesisir Barat Lampung Harus Dilakukan Penelitian Secara Mendalam
Sosilog Unila Batoven Vivit Nurdin meminta pembuktian makam Patih Gajah Mada dilakukan secara mendalam sebelum dibangun tempat wisata.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Hanif Mustafa
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Sosilog Universitas Lampung (Unila) Batoven Vivit Nurdin meminta pembuktian makam Patih Gajah Mada dilakukan secara mendalam.
"Karena tidak boleh klaim sepihak saja dan harus dilakukan pembuktian secara empiris, " kata Sosilog Unila Bartoven Vivit Nurdin saat dihubungi Tribun Lampung, Sabtu (16/10/2021).
Menurutnya harus ada tim akrkeolog, sejarawan dan juga disiplin ilmu antropologi ragawi yang harus duduk bersama untuk pembuktiannya.
Lanjutnya pemerintah setempat juga harus melakukan riset yang memang biayanya tak sedikit untuk mengungkap kebenaran makam tersebut.
Lantaran penelitian benda barang fosil yang berkaitan dengan kimiawi cukup panjang tidak instan.
Baca juga: Bupati Pesisir Barat Bangun Makam Patih Gajah Mada Jadi Objek Wisata Sejarah
"Ilmu sains juga harus dilibatkan untuk melihat berapa umur makam tersebut, riset empiris," tegas Vivit.
Vivit mengungkapkan semua elemen harus bahu membahu untuk mengungkapkan sejarah ini, tapi semua harus dengan keilmuan dan bukan katanya-katanya.
Vivit menambahkan ilmu akademisi harus bisa menjadi jembatan bagi masyarakat untuk pemahaman tersebut.
"Jadi harus dilakukan penelitian secara mendalam untuk melihat hasilnya," tandasnya.
Terkendala Anggaran
Akademisi sejarah Universitas Lampung telah meneliti keberadaan makam Patih Gajah Mada di Lampung Barat (sekarang Pesisir Barat) pada 1995 silam.
Baca juga: Penelitian Makam Gajah Mada di Pesisir Barat Lampung Terkendala Dana
Kaprodi Sejarah FKIP Unila Henri Susanto mengatakan, penelitian sejarah makam Patih Gajah Mada 26 tahun lalu belum juga menghasilkan kesimpulan.
Informasi tentang situs bersejarah itu seolah hilang begitu saja.
"Iya dulu itu sudah lama sekali tahun 1995 kita teliti. File-nya juga masih zamannya pakai mesin ketik," kata Henri, Jumat (15/10/2021).
Saat itu, kata Henri, ada tiga orang yang menjadi motor penggerak penelitian.