Muktamar NU
Gus Yahya Didukung Lampung, Jadi Calon Ketua Umum PBNU Bukan untuk Nyapres
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyatakan sudah bulat untuk maju dalam bursa Ketua Umum PBNU.
“Saya tidak punya keinginan nyalon menjadi presiden atau wakil presiden. Saya ini ingin bekerja untuk NU, mengabdi kepada NU, membasarkan NU,” tegasnya.
Gus Yahya mengatakan, sejatinya kader NU layak, bahkan sangat layak, menjadi pemimpin nasional. Tapi, dirinya sebagai pengurus PBNU, tidak memiliki keinginan atau ambisi untuk jabatan itu.
Gus Yahya mengatakan jika terpilih maka program utamanya adalah bagaimana NU terus gencar meningkatkan kemaslahatan umat sehingga ke depan NU akan menjadi lebih baik.
Sementara itu, Said Aqil yang sudah dua periode menjabat Ketua Umum PBNU, mengatakan tidak keberatan untuk memimpin NU lagi jika diminta dalam muktamar nanti.
”Kalau diminta siap. Tidak ada batasan dalam AD/ART. Tidak ada masalah, Gus Dur juga tiga kali,” kata Said Aqil saat berkunjung ke Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (7/10) lalu
Kiai Said berharap doa dari para sesepuh agar pelaksanaan muktamar berjalan dengan sukses.”Sudah siap, insya Allah. Kiai, para sesepuh, doakan muktamar sukses, keren, bermartabat, berkualitas,” katanya.
Said Aqil mengungkapkan beberapa kiai sepuh yang mekinta ia maju lagi antara lain Tuan Guru Turmuzi di Lombok, Kiai Hasan di Cirebon, Kiai Muhtadi di Banten, dan beberapa kiai sepuh lainnya.
Gusdurian Lampung
Sementara itu, terkait pelaksanaan muktamar, Koordinator Gusdurian Lampung Umar Robani mengatakan, muktamar merupakan agenda sakral dalam tubuh NU yang menentukan bagaimana NU ke depan.
Dan hajatan tersebut dinilai bukan hanya menyoal pemilihan siapa orang yang akan memimpin.
Menurut Umar, sejak didirikan, NU memiliki andil dalam membangun bangsa dengan terus menjaga rasa kepemilikan masyarakat terhadap negara yang melahirkan jiwa nasionalisme.
Dengan begitu, membicarakan NU bisa dibilang sama dengan membicarakanIndonesia.
"Menurut saya, muktamar bukan agenda politis semata seperti banyak diperbincangkan belakangan yang hanya seputar perebutan kursi ketua," kata Umar Robani.
Dia melanjutkan, muktamar harus bisa dimanfaatkan sebagai momentum Nahdliyin untuk merapatkan barisan menyatukan visi.
Sebab, NU sebagai organisasi besar harus mampu menangkap isu-isu terkini.