Wawancara Eksklusif
Wawancara Khusus dengan Kepala Satpol PP Bandar Lampung, Melihat Fenomena Manusia Silver
Maraknya manusia silver yang berada di persimpangan jalan (traffic light) yang padat kendaraan menjadi satu fenomena baru di Kota Bandar Lampung.
Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Dedi Sutomo
Kadang mereka melakukan pengecatan badan di rumah kosong, kadang di tempat sepi, hal itu sesuai dengan kondisi yang mereka alami saat itu juga.
Mengapa banyak anak tertarik menjadi manusia silver?
Utamanya karena faktor ekonomi. Manusia silver dengan pelakunya anak bisa mendapatkan uang yang besar dalam waktu singkat, bahkan ada yang sampai ratusan ribu rupiah dalam waktu beberapa jam saja.
Mereka yang mau menjadi manusia silver, informasi lanjutannya, mereka diharuskan membayar dengan nominal tertentu sebagai biaya pembelian cat. Namun meski harus membayar, penghasilan mereka tetap lebih besar.
Hal itu juga sebagai sebab terdorongnya pengemis-pengemis lain untuk melakukan hal serupa. Sehingga meski sudah dicabut, potensi untuk tumbuhnya tunas baru manusia silver tetap berpotensi terjadi.
Apa yang harus dilakukan agar fenomena itu terputus?
Salah satunya dengan partisipasi masyarakat sebagai makhluk sosial untuk secara tepat sasaran dalam menaruh rasa iba.
Diharap, kebiasaan memberi di jalanan dihentikan. Karena bila pengguna jalan tidak memberikan uang kepada manusia silver, maka pada waktunya fenomena manusia silver akan selesai.
Sebaliknya, bila kebiasaan memberi terus berlangsung di ruas jalan, maka fenomena tersebut semakin merebak.
Marilah kita bersama menjaga ketertiban sosial agar kenyamanan di Bandar Lampung.
Demikian wawancara khusus Tribunlampung dengan Kepala Badan Pol PP Bandar Lampung Suhardi Syamsi, terkait dengan fenomena keberadaan manusia silver di Bandar Lampung. ( Tribunlampung.co.id / V Soma Ferer)