Wawancara Eksklusif
Kinerja Koperasi dan UMKM Lampung Selama Pandemi, Syamsurijal Sebut UMKM Bertransformasi ke Digital
Pandemi Covid-19 membuat sektor Koperasi dan UMKM di Lampung mengalami persoalan yang kompleks.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Reny Fitriani
Sebagian besar koperasi dan UMKM yang masih bertahan karena mereka melakukan tranformasi digitalisasi.
Jadi mereka melakukan pemasaran di platform digital
Ada juga UMKM yang melampaui targetnya.
Ada berapa UMKM yang tumbuh atau baru buka setelah melandainya Covid?
Angka itu dinamis. Kami meyakini dengan membaiknya perekonomian, pertumbuhan dan kinerja UMKM akan terus membaik.
Di kabupaten/kota mana di Lampung yang saat ini menjadi sentra atau pusat bagi berkembangnya UMKM? Apa faktornya?
Jadi memang karakteristik setiap wilayah itu berbeda-beda.
Terbaru sektor UMKM kuliner, tumbuh di Pringsewu. Ada kuliner Rafins yang memanfaatkan kulit ikan menjadi makanan yang digemari.
Ada juga koperasi Tani Hijau Makmur di Tanggamus yang mampu melaksanakan ekspor menjadi rantai pasok di GGP.
Lalu, Kabupaten Tanggamus juga sektor kerajinan ada tapisnya, Pesbar dan Lambar yakni ada kriyanya.
Pesawaran juga ada tapis jelujurnya.
Terkait koperasi, ada berapa yang masih aktif saat ini?
Koperasi itu macam-macam jenisnya.
Ada koperasi simpan pinjam, ada juga koperasi produsen, konsumsi, dan sebagainya. Saat ini total koperasi yang ada di Lampung 5.600 koperasi, namun yang aktif sebanyak 2.800-an.
Sisanya, tidak aktif karena belum ada rapat anggota tahunan (RAT) dan kita terus mendorong agar koperasi memiliki tata kelola yang baik.