Berita Terkini Nasional
Ganjar Pranowo Kaget Lihat Ular di Depan Ibu-ibu di Mesuji, Ternyata Kacang Panjang
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kaget mengira ada ular saat melihat hasil olahan produk UMKM di Mesuji, Lampung.
"Namun saat ini kabarnya masih di bandara. Usai berangkat ke Lampung Tengah, dan akan dilanjutkan menuju ke Kabupaten Mesuji melalui jalan tol," ucapnya.
Ganjar di Metro
Suasana ger-geran terjadi saat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengunjungi Desa Sumbersari Bantul, Metro, Lampung pada Sabtu (22/1/2022).
Ganjar tak berhenti terpingkal saat berdialog dengan Mbah Sumo (97) warga setempat yang merupakan generasi pertama transmigrasi zaman penjajahan kolonial Belanda di Kota Metro pada tahun 1935 lalu.
Meski sudah sepuh, namun Mbah Sumo masih sehat dan bisa diajak ngobrol dengan gayeng.
Selain Mbah Sumo, orang nomor satu di Jawa Tengah itu berbincang juga dengan Mbah Sukinem yang berusia 92 tahun.
Sama dengan Mbah Sumo, Mbah Sukinem juga transmigran pertama ke Lampung.
Ingatan keduanya masih tajam, bagaimana suka duka menjadi transmigran saat penjajahan Belanda.
"Kulo mlebet Lampung kalih bapak (saya masuk Lampung sama bapak). Umur tasih 13 tahun. Wah mriki niki tasih alas gung lewang lewung (di sini masih hutan belantara)," cerita Mbah Sumo pada Ganjar.
Mbah Sumo masih ingat betul, dulu ikut babat alas demi membangun rumah dan bercocok tanam.
Pohon-pohon besar ia tebang bersama sang ayah dengan kapak dan gergaji kayu. Bahkan, ia ingat betul bagaimana banyak binatang buas saat itu.
Baca juga: Wali Kota Metro Kunjungan ke Lampung Barat, Wahdi Sebut Mulang Pekon
"Enten macan, kethek, gajah, kathah pak (ada macan, kera, gajah dan banyak lainnya)," kenang Mbah Sukinem.
Keduanya masih ingat bagaimana harus berjuang bersama bapaknya untuk memulai kehidupan baru di Lampung.
Mereka merasakan betul bagaimana para tentara Belanda yang selalu menekan masyarakat. Bahkan setelah Belanda pergi, datang penjajah Jepang yang tak kalah kejam.
"Kulo menangi zaman Belanda lan Jepang, zaman Jepang riyen nek panen ditumpas paksa. Regone murah (saya merasakan zaman Belanda dan Jepang, dulu zaman Jepang kalau habis panen dibeli paksa dengan harga murah)," jelas Mbah Sumo.