Tulangbawang
Cerita Pemilik Ayam Geprek di Tulangbawang, Nyaris Tutup Usaha karena Tak Ada Minyak Goreng
Salah satu yang merasakan dampak dari kelangkaan minyak goreng itu adalah Edo Edwin, pemilik kedai Ayam Geprek Engrama di Menggala.
Penulis: Endra Zulkarnain | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, TULANGBAWANG - Kelangkaan minyak goreng membuat pelaku UMKM khususnya bidang kuliner di Menggala, Kabupaten Tulangbawang kelimpungan.
Akibat sulitnya mendapatkan minyak goreng, banyak pelaku usaha kuliner yang nyaris menutup sementara usahanya.
Sebab, minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok yang digunakan untuk mengolah makanan yang dijualnya.
Salah satu yang merasakan dampak dari kelangkaan minyak goreng itu adalah Edo Edwin, pemilik kedai Ayam Geprek Engrama di Menggala.
Sejak terjadi kelangkaan minyak goreng, dia terpaksa mengurangi porsi ayam gepreknya.
Baca juga: Pedagang Pasar Pasir Gintung Keluhkan Kelangkaan Minyak Goreng kepada Mendag Lutfi
Jika biasanya dalam sehari bisa mencapai 200 sampai 300 porsi ayam, sejak kelangkaan minyak goreng ini dia hanya mampu memenuhi 150 porsi.
Ini terpaksa dia lakukan lantaran kebutuhan minyak goreng yang digunakan untuk mengolah ayam geprek tidak mencukupi.
"Sehari biasanya habis 8 sampai 10 liter minyak goreng, tapi karena sulit (mendapat minyak goreng), terpaksa jumlah porsi ayam yang diolah dikurangi. Karena ketersediaan minyak nggak sampai 8 liter sehari," ungkap Edo yang ditemui Tribunlampung.co.id, Kamis (24/02/2022) siang.
Bahkan menurutnya, sejak terjadinya kelangkaan minyak goreng ini, beberapa rekan seprofesi pelaku UMKM ada yang sementara waktu harus menutup tempat usahanya karena susahnya mencari minyak goreng.
"Saya masih mending, ada rekan pelaku usaha kuliner lainnya yang terpaksa tutup sementara, karena mau menggoreng tidak ada minyak goreng," paparnya.
Edo pun sempat berpikir untuk menutup sementara usaha ayam geprek yang telah dilakoni sekitar lima tahun belakangan ini.
Namun niat itu urung dilakukan lantaran dia khawatir akan nasib karyawannya yang dirumahkan sementara.
Sebab, kebanyakan karyawannya sudah menggantungkan mata pencarian pada usaha kuliner yang dia jalanin saat ini.
Tak hanya itu, Edo menuturkan, kelangkaan minyak goreng berimbas pula pada omzet yang dia dapat setiap harinya.
"Karena porsi makanan yang kita jual dikurangi, sudah pasti omzet kami juga menurun. Daripada kami tutup sementara, lebih baik bertahan dengan kondisi seadanya," kata Edo.